“Membersihkan udara sebenarnya dapat menghangatkan planet karena polusi (jelaga dan sulfat) menghasilkan pendinginan” yang telah lama diketahui oleh para ilmuwan iklim,” kata penulis utama studi Andrew Gettelman.
Ia adalah seorang ilmuwan atmosfer di Pusat Penelitian Atmosfer Nasional. Perhitungan tersebut berasal dari perbandingan cuaca pada 2020 dengan model komputer yang mensimulasikan tahun 2020 tanpa pengurangan polusi dari penerapan lockdown.
Gettelman mengatakan efek pemanasan sementara dari lebih sedikit partikel ini lebih kuat pada tahun 2020 daripada efek pengurangan emisi karbon dioksida yang memerangkap panas. Hal itu karena karbon tetap di atmosfer selama lebih dari satu abad dengan efek jangka panjang, sementara aerosol tetap di udara hanya sekitar seminggu.
(Baca juga: Presiden Erdogan Kutuk LGBT di Tengah Gelombang Unjuk Rasa)
Ilmuwan iklim NASA terkemuka, Gavin Schmidt, menegaskan bahkan tanpa pengurangan aerosol pendingin, suhu global pada tahun 2020 memecahkan rekor panas tahunan.
(Susi Susanti)