KISAH si Pitung, jagoan Betawi menjadi legenda di Batavia (Jakarta sekarang). (alm) Alwi Shahab, budayawan betawi, menulis bahwa Jagoan kelahiran Rawa Belong, Jakarta Barat ini telah membuat pusing pemerintah kolonial di Batavia.
Pitung mati setelah ditembak dengan peluru emas oleh Schout van Hinne dalam suatu penggerebekan karena ada yang mengkhianati dengan memberi tahu tempat persembunyiannya.
Ia ditembak dengan peluru emas sebab dikabarkan kebal dengan peluru biasa. Menurut koran Hindia Olanda (18-10-1893:2), sebelum ditangkap Pitung dalam keadaan rambut terpotong, beberapa jam sebelum kematiannya pada hari Sabtu.
Baca Juga: Nyai Dasima, Gadis Dusun Kuripan Bogor Membuat Tuan Edward Bertekuk Lutut
Konon kesaktian Si Pitung hilang akibat jimat-nya diambil, versi lain menyatakan, bahwa Si Pitung dapat dikalahkan jika dipotong rambut-nya.
Salah satu ilmu kesaktian yang dipelajari Pitung disebut Rawe Rontek. Gabungan antara tarekat Islam dan jampe-jampe Betawi. Dengan menguasai ilmu ini Bang Pitung dapat menyerap energi lawan-lawannya. Seolah-olah lawan-lawannya itu tidak melihat keberadaan Bang Pitung.
Melihat nama Pitung yang terkenal di Betawi, membuat pemerintah Hindia Belanda ketakutan. Kuburan Pitung disembunyikan di suatu tempat yang tidak diketahui keberadaannya.
"Sampai sekarang belum diketahui lokasi makam Pitung. Jika ada tempat yang dianggap makam Pitung, hanya perkiraan saja," jelas Yahya A Saputra,budayawan Betawi saat diwawancara beberapa waktu yang lalu.
Baca Juga: Anies Ingin Masyarakat Betawi Jeli Baca Tren Perubahan paska Pandemi Covid-19
Berdasarkan cerita rakyat, terdapat beberapa versi tentang kuburan Pitung. Kabarnya badannya dibelah , dikubur di beberapa tempat seperti Jembatan Lima dan pulau Onrust. Tujuannya supaya badannya tidak menyatu lagi karena pitung punya ilmu Rawe Rontek, mati bisa hidup lagi.
Sedang di sisi kanan depan gedung Telkom, Jl Palmerah Utara No. 80 Kebayoran Lama, Jakarta Barat juga dipercaya makam Pitung.
Di sana terdapat serumpun bambu. Di bawah rumpun bambu itu, di tanah seluas tak lebih dari 3x5 m2 terdapat sebuah kuburan berpagar besi. Di makam yang hanya dipisahkan saluran air dengan lebar satu meter dari jalan raya.
Meski tidak ada bukti otentik, seperti batu nisan yang memberikan informasi tentang siapa yang dimakamkan, Bachtiar, pengurus Sanggar Betawi si Pitung yang juga pesilat Betawi, Cingkrik percaya pada cerita orang tua jaman dulu.
"Dari cerita orang tua dulu,itu adalah kuburan Pitung. Bahkan konon katanya yang dikubur adalah tubuh bagian bawah Pitung,” ujarnya.
Makam Si Pitung sengaja tidak terlalu digembar-gemborkan ke publik karena khawatir akan dikeramatkan. Maka kuburannya dibuat biasa, jika dilihat sekilas cuma tanah datar.
Diketahui, Si Pitung, berdasarkan cerita rakyat (folklore) yang masih hidup di masyarakat Betawi, sejak kecil belajar mengaji di langgar (mushala) di kampung Rawa Belong.
Selain belajar agama, dengan H Naipin, Pitung –seperti warga Betawi lainnya–, juga belajar ilmu silat. H Naipin, juga guru tarekat dan ahli main pukulan.
Dia digambarkan seolah-olah dapat menghilang. Menurut cerita rakyat, dengan ilmu kesaktian rawa rontek-nya itu, Bang Pitung tidak boleh menikah. Karena sampai hayatnya ketika ia tewas dalam menjelang usia 40 tahun Pitung masih tetap bujangan.
(Arief Setyadi )