Kisah Pelaut Belanda Bertolak dari Jakarta untuk Mencari Benua yang Hilang

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Selasa 02 Maret 2021 06:38 WIB
Kisah pelaut Belanda (Foto: Universal History Archive)
Share :

  • Peregangan misterius

Zealandia pada mulanya merupakan bagian dari superkontinen kuno Gondwana, yang terbentuk sekitar 550 juta tahun lalu dan pada dasarnya menyatukan seluruh daratan di belahan Bumi bagian selatan.

Ia terletak di sudut timur, yang berbatasan dengan sejumlah wilayah lain, termasuk separuh dari Antartika Barat dan seluruh bagian timur Australia.

Sekitar 105 juta tahun lalu, "karena proses yang belum sepenuhnya kita pahami, Zealandia mulai meregang," ujar Tulloch.

Kerak benua biasanya memiliki kedalaman sekitar 40km — jauh lebih tebal dari kerak samudra, yang biasanya memiliki ketebalan di kisaran 10km.

Saat meregang, Zealandia tertarik sedemikian rupa sehingga kerak benuanya kini hanya 20km (12,4 mil) ke bawah. Lama-kelamaan, benua yang tipis itu tenggelam — meski tak sedalam lempengan lautan biasanya — dan menghilang ke bawah permukaan laut.

Meski tipis dan tenggelam, ahli geologi kini menetapkan Zealandia sebagai benua karena jenis-jenis bebatuan yang ada di sana.

Kerak benua cenderung terdiri dari batuan beku, metamorf dan sedimen — seperti granit, sekis, dan batu kapur, sementara dasar laur biasanya terbuat dari batuan beku seperti basal.

Namun masih banyak yang belum diketahui. Asal-usul tak biasa dari benua kedelapan ini adalah hal yang paling menarik bagi ahli geologi, dan banyak informasi yang masih sedikit membingungkan.

Misalnya, masih belum jelas bagaimana Zealandia bertahan menjadi satu dengan ukuran kerak setipis itu, dan tidak hancur menjadi benua mikro-kecil.

Misteri lain adalah kapan tepatnya Zealandia tenggelam — dan apakah ia pernah, pada kenyataannya, menjadi tanah yang kering.

Bagian-bagian yang saat ini berada di atas permukaan laut adalah punggung bukit yang terbentuk saat lempeng tektonik Pasifik dan Australia saling menabrak. Tulloch berkata, pendapat para ahli terbagi, antara benua itu memang sudah selalu tenggelam kecuali sejumlah pulau kecil, atau pernah sepenuhnya berada di atas permukaan laut.

Ini juga menimbulkan pertanyaan tentang apa yang pernah hidup di sana.

Dengan iklim sejuk dan wilayah seluas 39 juta mil persegi (101 juta km persegi), Gondwana adalah rumah bagi beragam flora dan fauna, termasuk hewan-hewan darat berkaki empat pertama, juga hewan terbesar yang pernah hidup — titanosaurus — dalam jumlah banyak.

Jadi, mungkin kah bebatuan Zealandia kini penuh dengan sisa-sisa kehidupan yang terawetkan?

Perdebatan tentang dinosaurus

Fosil hewan-hewan darat jarang ditemukan di belahan Bumi selatan, tapi sisa-sisa beberapa hewan ditemukan di Selandia Baru pada 1990-an, termasuk tulang rusuk dinosaurus raksasa, dengan ekor panjang dan leher panjang (jenis sauropoda), dinosaurus herbivora berparuh (jenis hypsilophodon), dan dinosaurus bertameng (jenis ankylosauria).

Pada 2006, tulang kaki dari seekor karnivora besar, kemungkinan sejenis allosaurus, ditemukan di Kepulauan Chatham, sekitar 800km sebelah timur Pulau Selatan. Catatan penting, semua fosil ini berasal dari zaman ketika Zealandia sudah terpisah dari Gondwana.

Meski begitu, ini bukan berarti dahulu ada dinosaurus yang berkeliaran di seluruh bagian Zealandia. Pulau-pulau di mana hewan-hewan berada kemungkinan menjadi tempat perlindungan, sementara wilayah lainnya tenggelam, sama seperti sekarang.

"Ada perdebatan panjang tentang ini, tentang apakah mungkin ada hewan darat tanpa daratan yang saling terhubung — dan apakah tanpa itu, mereka jadi punah," ujar Sutherland.

Teori ini diperkuat oleh salah satu penghuni Selandia Baru yang teraneh dan paling dicintai, burung kiwi. Burung kecil dan gemuk yang tidak bisa terbang, memiliki kumis dan bulu seperti rambut. Kerabat terdekat kiwi bukanlah Moa — yang berada dalam kelompok yang sama, ratites, dan hidup di pulau yang sama sampai kepunahannya 500 tahun lalu.

Kerabat terdekat kiwi justru burung raksasa, yang mengintai di hutan Madagaskar sampai sekitar 800 tahun lalu. Penemuan ini membuat para ilmuwan percaya bahwa kedua burung itu berevolusi dari nenek moyang sama yang hidup di Gondwana.

Butuh 130 juta tahun sampai Gondwana benar-benar hancur, namun ketika itu terjadi, pecahannya menyebar ke seluruh dunia, membentuk Amerika Selatan, Afrika, Madagaskar, Antartika, Australia, Semenanjung Arab, Subkontinen India, dan Zealandia.

Hal ini, pada akhirnya, menunjukkan bahwa setidaknya bagian Zealandia yang kini tenggelam pernah berada di atas permukaan laut. Kecuali pada sekitar 25 juta tahun lalu, seluruh benua — juga kemungkinan seluruh Selandia Baru — diperkirakan tenggelam ke bawah air laut.

"Diperkirakan semua tumbuhan dan hewan terkolonisasi setelahnya," kata Sutherland. Jadi, apa yang terjadi?

Meski tidak mungkin mengumpulkan fosil dari dasar laut Zealandia secara langsung, para ilmuwan telah menggali kedalamannya dengan bor.

"Sebenarnya, fosil yang paling berguna dan berbeda adalah yang terbentuk di laut dangkal," ujar Sutherland.

"Karena mereka meninggalkan jejak catatan — ada banyak sekali fosil berukuran kecil yang semuanya berbeda-beda."

Pada 2017, sebuah tim melakukan survei paling menyeluruh di wilayah ini, dan mereka mengebor lebih dari 1.250 meter ke dasar laut di enam lokasi berbeda. Inti dari material yang mereka kumpukan mengandung serbuk sari dari tumbuhan darat, juga spora dan cangkang organisme yang hidup di laut dangkal yang hangat.

"Jadi Anda punya air, itu yang Anda ketahui, lalu di kedalaman 10 meter, Anda menemukan ini, ada kemungkinan ada daratan di sekitarnya," ujar Sutherland, yang menjelaskan bahwa serbuk sari dan spora mengisyaratkan kemungkinan bahwa Zealandia tidak tenggelam, seperti yang mulanya dipikirkan orang.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya