Tabung oksigen portabel adalah satu-satunya cara bagi pasien dalam kondisi serius untuk tetap bernapas saat mereka tidak bisa mendapatkan ranjang di rumah sakit - satu masalah besar di Delhi.
Kadar oksigen ayah Abhishek Sharma mulai turun pada hari Sabtu. Dia bergegas ke pasar untuk membelikannya sebuah silinder oksigen.
Setelah pergi ke lebih dari selusin toko, dia menemukan satu silinder kecil yang dapat bertahan hingga enam jam. Dia kemudian keluar dan membayar USD944 (Rp13,6 juta) untuk sebuah silinder besar tetapi silinder tersebut kosong. Ia membawanya ke beberapa tempat pengisian namun hanya satu yang mau membantu dan antriannya sangat panjang.
"Setiap menit dalam antrean, ayah saya kehabisan oksigen. Saya tidak bisa meminta siapa pun untuk mengizinkan saya melompati antrean karena semua orang berada dalam situasi yang sama. Saya mengisi ulang silinder setelah enam jam mengantre, tetapi besok saya harus melakukan hal yang sama lagi,” urainya.
"Saya ngeri memikirkan apa yang akan terjadi seandainya saya tidak bisa mengisi ulang tabung oksigen,” ungkapnya.
Pakar kebijakan publik dan sistem kesehatan Dr Chandrakant Lahariya mengatakan pemerintah telah sejak lama diperingatkan tentang "potensi krisis" tetapi tidak mengambil tindakan apa pun.
Sebuah komite untuk kesehatan di parlemen sudah memperingatkan tentang pasokan oksigen yang tidak memadai dan tempat tidur rumah sakit pemerintah yang "sangat tidak memadai" pada bulan November.
Dr Lahariya mengatakan krisis oksigen medis di India disebabkan oleh kurangnya perencanaan dalam memperbaiki jaringan distribusi dan transportasi.
Tetapi banyak yang terkejut bahwa dua minggu setelah krisis dimulai, banyak pasien di ibu kota India masih kesulitan bernapas, dan tampaknya tidak kunjung berakhir.