Pada Kidung Sunda diceritakan kedua pihak bertemu di sebuah wilayah bernama Bubat. Di sinilah segala persiapan penyambutan rombongan mempelai dari Kerajaan Sunda dilakukan. Namun dikisahkan Raja Majapahit mengingkari janjinya, hal ini membuat Patih Kerajaan Sunda bersama tiga pejabat tinggi lainnya, serta 300 prajurit bersenjata lengkap diutus ke ibu kota untuk berunding dengan Kerajaan Majapahit.
Saat berunding inilah konon Gajah Mada memberikan jawaban yang menyakiti hati orang-orang Sunda. Gajah Mada menginginkan agar Raja Sunda datang menyerahkan sembahannya, sebagai tanda dia tunduk kepada Raja Majapahit, yang kemudian bersedia menerima sang putri sebagai persembahan - persembahan orang - orang Sunda.
Singkat cerita di Bubat inilah terjadi peperangan antara pasukan Kerajaan Sunda dan Majapahit. Setelah Majapahit berhasil mengalahkan dan memukul mundur pasukan Kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka yang telah berada di pesanggrahan Majapahit akan ditemui oleh Raja Hayam Wuruk.
Tapi ternyata putri raja itu diceritakan telah mati dengan posisi bersandar pada bantal. Hayam Wuruk pun begitu terpukul melihat kematian sang pujaan hati Dyah Pitaloka. Selanjutnya segala upacara dilakukan, pembesar Kerajaan Majapahit pun hadir.
Namun ada dua versi kematian Dyah Pitaloka, selain versi di atas ada versi bahwa Dyah Pitaloka bunuh diri usai terjadi peperangan antara Kerajaan Sunda dan Majapahit. Tapi tentang kematian Raja Hayam Wuruk sama - sama dikisahkan karena sakit.
Raja Hayam Wuruk yang mendapati pujaan hatinya wafat, pulang ke pura Majapahit. Hari - hari Hayam Wuruk menjadi murung, kurang tidur, kurang makan, hingga akhirnya jatuh singkat. Kondisi inilah yang akhirnya membuat Hayam Wuruk meninggal dunia.
Akibatnya penerus tahta dari Kerajaan Sunda Prabu Niskalawastu pun akhirnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Kerajaan Majapahit. Konon dari sinilah akhirnya larangan 'estri ti luaran' atau larangan menikahi dari luar Sunda muncul.
Ada beberapa sumber yang menyebut larangan ini berkaitan pernikahan antara orang Sunda dan Jawa, namun ada yang menyebut spesifik larangan orang Sunda menikah dengan orang - orang dari Majapahit.
Alhasil pembesar - pembesar Kerajaan Majapahit menyalahkan Gajah Mada, sebagai penyebabnya. Mereka pun akhirnya mengepung rumah Patih Amangkubhumi Gajah Mada dan merusak pagar pekarangan.
(Awaludin)