Pejabat WHO mengatakan para pelaku telah dilarang dari pekerjaan WHO di masa depan. Sedangkan kontrak dari empat orang yang tersisa yang dipekerjakan oleh badan tersebut telah dihentikan.
Seorang gadis, 14 tahun bernama "Jolianne" dalam laporan itu, mengatakan kepada komisi bahwa dia menjual kartu isi ulang telepon di pinggir jalan pada April 2019 di Mangina ketika seorang pengemudi WHO menawarinya tumpangan pulang. Sebaliknya dia membawanya ke sebuah hotel dan dia diperkosa kemudian melahirkan anaknya.
Beberapa wanita, yang mengindikasikan bahwa mereka sudah bekerja, mengatakan kepada tim peninjau bahwa mereka terus dilecehkan secara seksual oleh pria dalam posisi pengawas staf WHO yang memaksa mereka berhubungan seks untuk mempertahankan pekerjaan mereka, mendapatkan bayaran atau mendapatkan posisi bayaran yang lebih baik.
Beberapa mengatakan mereka telah dipecat karena menolak berhubungan seks sementara yang lain tidak mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan bahkan setelah melakukan hubungan seksual.
Laporan itu menyebutkan korban diduga ‘tidak diberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan untuk pengalaman yang merendahkan seperti itu.’
Sementara itu, Menteri Hak Asasi Manusia Kongo tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pada Juni tahun lalu, pemerintah Kongo mengumumkan berakhirnya wabah dua tahun yang menewaskan lebih dari 2.200 orang - wabah Ebola terbesar kedua sejak virus itu diidentifikasi pada tahun 1976. Kongo dan lembaga bantuan lainnya juga telah berjanji untuk menyelidiki insiden pelecahan seks tersebut.
(Susi Susanti)