Terlepas dari mitos hikayat dari para orang tua, Bende Becak adalah bagian dari upaya untuk nguri-uri budaya warisan leluhur agar tidak hilang begitu saja. Lebih dari itu, Penjamasan Bende Becak, adalah bentuk tawadu masyarakat Bonang kepada Sunan Bonang. Mengingat, Sunan Bonang merupakan salah satu Wali Sanga yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Desa Lasem.
Di luar mitos tersebut, beberapa orang terutama tokoh-tokoh agama di Lasem (misalnya Kiai Saifullah Abdullah, pengasuh Pondok Pesantren Nurul Mustofa Lasem) mengatakan, Bende Becak dulunya digunakan oleh Sunan Bonang untuk membangunkan atau mengingatkan santrinya di waktu-waktu untuk salat jamaah atau mengaji.
Setiap sudah masuk waktu salat wajib lima waktu dan mengaji, Sunan Bonang akan memukul gong mungil tersebut dan para santri akan bergegas menuju Masjid.
Dalam ritual Penjamasan Bende Becak, tujuh belanga yang berisikan air sumur Bonang, berikut bunga setaman digunakan untuk mencuci pusaka Kyai Bende Becak yang terbungkus kain mori putih. Air bekas jamasan, bunga maupun kain mori yang disobek sobek kecil, senantiasa menjadi incaran para pengunjung.