JAKARTA — Beberapa bekas lokalisasi besar berada di Jawa Tengah (Jateng). Meski sudah ditutup, citranya masih melekat di ingatan masyarakat.
Berikut ini adalah lima bekas lokalisasi besar di Jateng, seperti dikutip dari Solopos:
1. Silir, Solo
Sejak puluhan tahun lalu, tepatnya tahun 1960 hingga 1961, Kota Solo mulai dikenal sebagai surganya kaum lelaki hidung belang. Citra itu muncul seiring berdirinya kawasan resosialisasi Silir di Semanggi, Pasar Kliwon, yang pada praktiknya berubah menjadi lokalisasi. Pelacuran di Silir merupakan kelanjutan dari sejarah bisnis esek-esek di Kota Solo yang berkembang setelah 1870.
Kawasan lokalisasi di Silir itu didirikan atas inisiasi Pemkot Solo yang kala itu dipimpin Hutomo Ramelan.Tapi sejatinya, jauh sebelum munculnya lokalisasi Silir, bisnis esek-esek sudah eksis di wilayah ini. Kini, tahun kawasan prostitusi itu ditutup, namun istilah kawasan pelacuran tetap melekat di benak masyarakat.
Baca juga: Tim Gabungan Temukan Botol Miras hingga Kondom Bekas di Bongkaran Lokalisasi Gang Royal
2. Sunan Kuning, Semarang
Lokalisasi terbesar di Jateng lainnya berada di kawasan Sunan Kuning, Semarang. Tempat ini dibuka pada 15 Agustus 1966 oleh Wali Kota Semarang, Hadi Sabeno dan ditutup pada 18 September 2019. Pada 2003 lalu, lokalisasi ini berubah nama menjadi Lokalisasi Muka Kuning.
Baca juga: Sering Ikut Pengajian di Lokalisasi Sarkem, Bapak dan Anak Ini Putuskan Jadi Mualaf
3. Tanjungkarang, Kudus
Kudus yang dikenal sebagai Kota Santri di Jateng ternyata juga memiliki lokalisasi besar. Bekas lokalisasi itu berada di Tanjungkarang, Kecamatan Jati. Bekas lokalisasi ini dulunya terletak di Pasar Hewan Tanjungkarang.