UKRAINA - Menteri Pertahanan (Menhan) Ukraina Alexey Reznikov telah memperingatkan spekulasi mengenai serangan Rusia yang akan segera terjadi di Ukraina sebagai hal "tidak pantas", sambil meragukan evakuasi warga sipil dari Donbass.
Reznikov mengatakan kepada penyiar Ukraina 1+1 pada Minggu (20/2) bahwa pada saat ini “tidak ada kelompok penyerang yang dibentuk” oleh Rusia di perbatasan Ukraina.
“Oleh karena itu, menurut saya, tidak tepat untuk mengatakan bahwa akan ada serangan besok atau lusa. Tetapi itu tidak berarti bahwa risikonya rendah, itu tidak berarti bahwa tidak ada ancaman," terangnya.
Dia menggarisbawahi bahwa tentara Ukraina sepenuhnya siap untuk setiap perkembangan.
Baca juga: AS Peringatkan Potensi Serangan Hotel hingga Stasiun di Rusia, Minta Warganya Segera Evakuasi
Mengomentari evakuasi massal yang diperintahkan oleh otoritas republik yang memisahkan diri di Donetsk dan Lugansk menjelang dugaan "terobosan" oleh pasukan Ukraina, Reznikov mengatakan bahwa Rusia hanya menerima beberapa ribu warga sipil sebagai bagian dari apa yang dia sebut sebagai "lelucon."
Baca juga: Intel AS: Perintah Telah Dikirim ke Komandan Rusia, Siap Serang Ukraina
“Sekarang intelijen kami memiliki informasi akurat bahwa orang-orang pulang sendiri, tidak ada yang memberi makan atau memindahkan mereka ke sana. Itu hanya produksi untuk Mosfilm [studio film Moskow] atau siapa pun yang membuat film di sana,” lanjutnya.
Dia juga mengatakan bahwa Kiev akan memantau rapat parlemen Rusia pada 22 Februari mendatang, yang akan membahas situasi di sekitar Ukraina.
Dia menjuluki sesi pertemuan yang akan datang sebagai ‘acara perdukunan dengan rebana," ketika beberapa "keputusan bodoh yang menarik" mungkin diambil. Reznikov menyarankan bahwa keputusan seperti itu akan mengarah pada "penolakan perjanjian Minsk" oleh Moskow.
Diketahui, Rusia telah berulang kali menuduh Ukraina mengabaikan perjanjian Minsk, yang telah disiapkan sebagai peta jalan untuk proses perdamaian di Ukraina timur setelah pasukan Kiev menderita kekalahan besar melawan pemberontak pada 2014 dan 2015.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim bahwa perjanjian telah "ditulis dengan buruk" dan bahwa dokumen baru harus ditandatangani oleh negara-negara besar dunia untuk memberikan jaminan keamanan bagi negaranya.
(Susi Susanti)