Asal-usul Pembangkit Nuklir Chernobyl yang Jadi Sorotan di Perang Rusia-Ukraina

Susi Susanti, Jurnalis
Senin 28 Februari 2022 13:28 WIB
PLTN Chernobyl (Foto: Reuters)
Share :

UKRAINA Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl menjadi sorotan saat terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina. Pasukan Rusia diketahui menyerang dan mengambil alih pabrik lokasi bencana nuklir terburuk di dunia pada 1986, pada Kamis (24/2).

Sejak saat itu, stasiun pemantauan di sana melaporkan tingkat radiasi meningkat sekitar 20 kali lipat pada Kamis (24/2).

Pasukan Rusia pun terlihat menjaga pembangkit nuklir itu bersama dengan tentara Garda Nasional Ukraina. Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan penjagaan di PLTN yang menjadi lokasi bencana nuklir lebih dari tiga dekade lalu itu.

Seperti diketahui, Kota Chernobyl di Ukraina pernah mengalami bencana nuklir terburuk di dunia. Kala itu reaktor nuklir Chernobyl dibangun di Pripyat, Ukraina pada zaman Uni Soviet. Tujuannya adalah untuk menyediakan aliran listrik dengan daya 1.000 megawatt (MW) per harinya demi memenuhi kebutuhan warga setempat pada masa itu.

Baca juga: Tingkat Radiasi Meningkat, Tentara Rusia dan Ukraina Berdampingan Berjaga di Chernobyl

Nahas, kelalaian para pekerja dan ketertutupan para peneliti menyebabkan ledakan dahsyat berdampak luar biasa parah pada 26 April 1986 sekira pukul 01.23 dini hari. Ledakan itu menewaskan puluhan orang. Terlambatnya peringatan dini mengakibatkan banyak bayi lahir dengan kondisi cacat terpapar zat radioaktif berbahaya.

Baca juga: Perang Ukraina, Pasukan Rusia Berhasil Rebut Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl

Ledakan reaktor nuklir tersebut memuntahkan awan bahan radioaktif ke atmosfer yang mengepul di seluruh Eropa utara, barat bahkan Amerika Serikat bagian timur.

Dikutip Fox News, Uni Soviet kala itu mengevakuasi 335.000 orang. Hampir 30 orang dilaporkan tewas akibat ledakan dan lebih dari 100 orang terluka. Korban meninggal diperkirakan bertambah akibat dampak radiasi.

Pada 9 Mei 1986, para pekerja mulai menutup area reaktor nuklir dengan beton. Selanjutnya, Hans Blix dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengonfirmasi sedikitnya 200 orang terpapar radiasi langsung dan 31 orang meninggal di tempat saat kejadian.

Komite Ilmiah Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Efek Radiasi Atom melaporkan bahwa lebih dari 6.000 anak-anak dan remaja menderita kanker setelah terpapar radiasi dari insiden tersebut, meskipun beberapa ahli telah menentang klaim tersebut.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya