UKRAINA – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dapat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam beberapa minggu mendatang. Ajudan Zelensky, Mikhail Podolyak mengatakan pertemuan itu hanya bisa terjadi ketika “perjanjian damai” antara Kiev dan Moskow ditandatangani.
“Begitu pengerjaan kesepakatan selesai, kami akan mulai mengatur pertemuan. Itu akan terjadi dalam beberapa minggu mendatang. Lokasi, bagaimanapun, tidak masalah bagi kami. Itu bisa di mana saja, kecuali Rusia,” kata Podolyak kepada portal Wirtualna Polska dalam sebuah wawancara, Kamis (17/3)."
"Menyelesaikan kesepakatan damai bisa memakan waktu, mulai dari beberapa hari hingga satu setengah minggu,” lanjutnya.
Saat ini, pihak Ukraina maupun Rusia masih bersikeras pada sudut pandang merek masing-masing.
Baca juga: Presiden Ukraina Minta Jerman Runtuhkan 'Tembok Rusia', Tembok Berlin Versi Baru
“Penarikan segera pasukan Rusia adalah salah satu aspek kunci dari kesepakatan damai. Namun, negosiasi adalah proses skala besar yang melibatkan tidak hanya Rusia dan Ukraina. Polandia, antara lain, ambil bagian di dalamnya. Ini bukan hanya tentang menandatangani perjanjian. Kami ingin mengembangkan mekanisme khusus yang akan menjamin keamanan kami di masa depan,” jelasnya.
Baca juga: Presiden Ukraina: Dunia Harus Mengakui Rusia Telah Menjadi Negara Teroris
Dia menunjukkan bahwa mencapai kesepakatan tidak berarti mengakhiri konflik.
“Penandatanganan perjanjian damai hanya dapat mengakhiri fase aktif konflik. Namun, saya ragu bahwa perang akan berakhir di sana untuk Ukraina. Tidak setelah semua yang telah kita lalui,” terangnya.
Delegasi Rusia dan Ukraina diketahui telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan sejak awal permusuhan yang sedang berlangsung akhir Februari lalu. Negosiasi belum membuahkan hasil yang nyata, kecuali Kiev dan Moskow menemukan kesamaan dalam mengatur koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil dari zona perang.
"Kemajuan yang signifikan" dalam pembicaraan damai dilaporkan oleh Financial Times (FT) pada Rabu (16/3). Surat kabar itu mengklaim kedua belah pihak sedang mendiskusikan rencana rancangan 15 poin, yang melibatkan penarikan pasukan Rusia dan Ukraina menjadi negara netral di bawah perlindungan Barat.
Laporan tersebut dibantah oleh Moskow. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebutnya sebagai laporan palsu dan berjanji untuk memperbarui publik jika ada terobosan aktual dalam negosiasi yang dicapai. Kiev juga menolak laporan FT. Podolyak mengklaim rencana 15 poin mencerminkan tuntutan Moskow dan tidak lebih.
Seperti diketahui, Moskow menyerang tetangganya bulan lalu setelah kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Ukraina untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk 2014-15, dan pengakuan akhirnya Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol yang ditengahi Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Rusia juga menguraikan tujuan untuk “demiliterisasi” dan “denazifikasi” negara tersebut. Kiev menyatakan bahwa serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.
(Susi Susanti)