RUSIA - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia telah meminta negara-negara Barat untuk berhenti memasok senjata ke angkatan bersenjata Ukraina setelah serangan rudal di stasiun kereta api di kota Kramatorsk yang menewaskan puluhan warga sipil pada Jumat (8/4).
Kementerian telah meminta agar masyarakat internasional membuat penilaian yang tidak memihak atas tindakan pasukan Ukraina dan berhenti memasok mereka dengan senjata, serta mendesak Kiev untuk meninggalkan metode pertempuran yang tidak dapat diterima.
Kementerian Luar Negeri mengecam serangan itu sebagai "tindakan agresi barbar" dan mengatakan bahwa itu hanya membuktikan bahwa Rusia benar untuk meluncurkan operasi militernya untuk melindungi dua republik Donbass yang sebelumnya diakui. Serangan di Kramatorsk juga sangat mirip dengan serangan rudal lain yang menewaskan 17 orang di kota Donetsk pada pertengahan Maret.
Baca juga: Rusia Tuduh Ukraina Dalang di Balik Serangan Rudal yang Hantam Stasiun Kereta Api
"Kami yakin bahwa pihak berwenang Kiev tidak akan lolos dari keadilan," kata pernyataan kementerian itu.
Kementerian Luar Negeri mengingatkan tentara Ukraina yang menggunakan rudal balistik Tochka-U, mirip dengan yang menghantam stasiun kereta pusat di Kramatorsk. Klain ini mengulangi klaim yang dibuat sebelumnya oleh Kementerian Pertahanan Rusia.
Militer Rusia juga mengatakan sebelumnya bahwa mereka telah menunjukkan dengan tepat lokasi dari mana rudal itu diduga diluncurkan. Menurut pejabat pertahanan, itu berasal dari kota Dobropole, yang terletak di barat daya Kramatorsk dan telah berada di bawah kendali pasukan Ukraina.
Sebelumnya, Moskow menuduh Kiev berada di balik serangan yang telah merenggut nyawa 50 orang, termasuk lima anak-anak.
Kramatorsk adalah sebuah kota di bagian utara wilayah Donetsk dan diklaim oleh Republik Rakyat Donetsk sebagai bagian dari wilayahnya. Ketika permusuhan pecah di Ukraina timur setelah kudeta Maidan 2014, kota itu tetap berada di bawah kendali Kiev.
Sementara itu, Kiev menuduh Rusia berada di balik serangan di Kramatorsk, mengklaim itu adalah serangan yang disengaja terhadap warga sipil yang melarikan diri dari konflik. Presiden Volodymyr Zelensky menyebutnya sebagai contoh lain dari “kejahatan” Rusia yang “tidak mengenal batas.”
Beberapa pejabat Ukraina awalnya mengklaim stasiun itu terkena rudal Iskander Rusia. Namun, gambar fragmen Tochka-U diambil di tempat kejadian dan kemudian muncul di media sosial.
Diketahui, Moskow melancarkan serangan besar-besaran terhadap Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan akhirnya pengakuan Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan aliansi militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali dua wilayah pemberontak dengan paksa.
(Susi Susanti)