KEMERDEKAAN yang diraih oleh Indonesia pada 17 Agustus 1945 ini tidak lepas dari para pahlawan. Para pejuang ini telah berjuang dengan pemikiran hingga keberaniannya dalam melawan penjajah. Berikut daftar pejuang Indonesia yang terkenal keberaniannya serta tidak takut mati.
1. Bung Tomo
Sutomo atau yang lebih dikenal Bung Tomo lahir di Surabaya, 3 Oktober 1920. Ia dibesarkan di keluarga yang menghargai serta menjunjung tinggi pendidikan. Pada usia muda, Bung Tomo aktif dalam organisasi kepanduan. Diketahui, Bung Tomo mempunyai ketertarikan pada dunia jurnalisme. Ia pernah bekerja sebagai wartawan pada Harian Suara Umum di Surabaya pada 1937.
Lalu, menjadi Redaktur Mingguan Pembela Rakyat. Ketika pendudukan Jepang, ia bekerja di kantor berita tentara pendudukan Jepang, Domei di Surabaya pada 1942-1945.
Bung Tomo menjadi salah satu tokoh penting pada Pertempuran 10 November 1945. Ia berhasil menggerakkan serta membangkitkan semangat rakyat Surabaya. Diketahui, Surabaya saat itu diserang oleh pasukan Inggris guna melucutkan senjata tentara pendudukan Jepang serta membebaskan tawanan Eropa. Ketika pertempuran, Bung Tomo tampil sebagai orator ulung yang membakar semangat rakyat guna berjuang melawan penjajah.
Bung Tomo dikenal dengan semboyannya “merdeka atau mati”. Pada 7 Oktober 1981 di Padang Arafah, Makkah, Bung Tomo meninggal dunia.
2. Jenderal Soedirman
Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Rembang, 24 Januari 1916. Ia pernah bergabung dengan organisasi Islam Muhammadiyah. Kemampuannya dalam berorganisasi serta memimpin membuatnya dihormati. Soedirman juga pernah menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah, Cilacap. Saat dirinya berusia 31 tahun, Soedirman sudah menjadi seorang jenderal.
Ketika pendudukan Jepang, Soedirman masuk Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor, kemudian ia menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Setelah terbentuknya TKR, Soedirman dipercaya menjadi Panglima Divisi V/Banyumas. Lalu ia menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia yang pertama.
Soedirman dikenal sebagai pejuang yang teguh pada prinsip keyakinan, mengedepankan kepentingan masyarakat serta negara. Hal tersebut dapat dilihat ketika Agresi Militer Belanda II. Saat itu, Soedirman dalam keadaan lemah namun tetap ikut berjuang. Meski tengah sakit, Soedirman mampu memimpin serta memberi semangat pada prajuritnya guna melawan Belanda. Pada 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia.