JAKARTA - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkap bahwa personel Divisi Propam Polri sempat melakukan intervensi kepada keluarga Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J saat penyerahan jenazah hingga proses pemakaman, pada 9 Juli 2022.
Listyo mengatakan, intervensi bermula saat jenazah Brigadir J tiba di rumah duka. Ketika itu, kata Listyo, keluarga tidak diizinkan untuk melihat kondisi jenazah.
BACA JUGA:Survei: Sentimen Positif Prabowo Menguat Pasca Deklarasi Maju sebagai Capres 2024!
"Pada saat jenazah Brigadir Yosua tiba di rumah keluarga almarhum, keluarga sempat tidak diizinkan untuk melihat kondisi jenazah," kata Listyo dalam rapat kerja di Komisi III DPR, Senayan, Rabu (24/8/2022).
Namun, keluarga mendesak dan mengatakan tidak mau menerima jenazah serta meneken berita acara jika tidak diperbolehkan melihat kondisi Brigadir J.
"Keluarga tidak mau menerima jenazah dan menandatangani berita acara serah terima bila tidak melihat kondisi jenazah," katanya.
"Akhirnya keluarga diperbolehkan untuk melihat separuh badan ke atas, keluarga melihat adanya luka luka dan jahitan di wajah. Melihat kondisi tersebut, keluarga kemudian menjadi histeris," sambung Listyo.
Personel Divpropam yang saat itu berada di rumah keluarga Brigadir J lantas memberikan penjelasan soal luka-luka pada jenazah.
Listyo mengatakan, personel Divpropam itu menyebut bahwa luka diakibatkan oleh peristiwa baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E.
Setelah itu, pada malam harinya, mantan Karopaminal Divpropam Polri Brigjen Hendra Kurniawan mendatangi keluarga Brigadir J untuk memberikan penjelasan lebih detail.
Namun, kata Listyo, Hendra menolak perbincangannya direkam, dan meminta agar obrolan tersebut dilakukan secara tertutup.
"Brigjen Hendra atau karopaminal yang menjelaskan dan meminta pada saat itu untuk tidak direkam dengan alasan terkait masalah aib," katanya.