JAKARTA-Kawasan wisata Kota Tua ditetapkan sebagai zona rendah emisi atau Low Emission Zone (LEZ). Penerapan ini bertujuan untuk mengurangi polusi udara dan kemacetan.
Apa yang dicanangkan Pemprov DKI Jakarta ini sudah dirasakan dampaknya oleh warga. Endang (41), warga Matraman, Jakarta Timur, misalnya, akhir pekan lalu mengunjungi kawasan Kota Tua.
Untuk menuju ke sana, ia bersama dua rekannya tidak perlu lagi menggunakan kendaraan pribadi. "Pakai KRL Commuter Line, naik dari Stasiun Pondok Jati, langsung turun di Stasiun Kota. Jadi, lebih praktis dan hemat kalau mau ke Kota Tua. Keluar dari Stasiun Kota kan lebih gampang sekarang, karena ada pedestrian untuk pejalan kaki menuju Kota Tua," ungkapnya.
Menurutnya, kawasan Kota Tua kini jauh lebih asri, bersih, dan tidak semrawut. Kawasan pedestrian jadi sangat nyaman dengan pepohonan, taman, tempat duduk, serta jalur sepeda. Kini kawasan wisata Kota Tua jadi makin hijau dan bebas polusi. Pengunjung juga mudah menemukan spot foto saat berjalan kaki di kawasan Kota Tua.
Kendati disebut Kota Tua, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menganggap kawasan wisata sejarah di Jakarta Barat ini sebagai kota masa depan. Kawasan ini bisa mempersatukan warga dari semua kalangan, karena Kota Tua memberikan ruang luas untuk para pejalan kaki.
"Ketika kita menempatkan trotoar, apa yang terjadi adalah langsung perasaan kesetaraan muncul. Sehingga dapat mewakili wajah masa depan kota yang ditandai dengan pejalan kaki, difasilitasi transportasi umum, masa depan kota dengan emisi yang rendah," tutur Anies.
Melestarikan Cagar Budaya
Sebagai kawasan LEZ, Kota Tua kini sedang ditata pedestrian, promenade, dan plazanya, sehingga memberikan kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi wisatawan. Penataan di kawasan Kota Tua bertujuan juga untuk melestarikan dan melindungi bangunan-bangunan cagar budaya di kawasan inti Kota Tua, dari kebisingan dan getaran yang bisa merusak struktur bangunan lama.
Wilayah yang menjadi Kawasan Rendah Emisi (KRE) adalah area inti Kawasan Kota Tua, di antaranya Jalan Kemukus, Jalan Ketumbar, Jalan Lada Raya, Jalan Lapangan Stasiun, Jalan Bank, serta Jalan Kali Besar. Selanjutnya akan dilaksanakan penataan di Jalan Kunir, agar jalan-jalan yang mengelilingi kawasan inti Kota Tua bisa saling terhubung dengan konsep Low Emission Zone.
Penataan Kota Tua yang masih berlangsung disambut antusias pengunjung. Wisatawablebih banyak menggunakan angkutan umum, seperti Commuter Line dan Transjakarta. Kini mereka mempunyai lebih banyak opsi kendaraan umum menuju kawasan Kota Tua, yang tidak bisa lagi dilewati kendaraan bermotor.
Data jumlah pengunjung sampai Juli 2022 mencapai 688.631 orang, sedangkan pada 2021 sejumlah 207.926 orang. Hal ini menunjukkan kenaikan yang signifikan terhadap jumlah pengunjung di kawasan Kota Tua selama LEZ diterapkan dan level PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) diturunkan.
Pemerintah Kota Jakarta Barat (Pemkot Jakbar) menurunkan sedikitnya 60 petugas Suku Dinas Perhubungan (Dishub) selama 24 jam per hari, untuk menjaga agar para wisatawan tidak parkir sembarangan di kawasan wisata Kota Tua. "Kita terjunkan 60 petugas yang bekerja selama tiga sif di Kota Tua untuk menjaga kawasan Kota Tua," ujar Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Perhubungan Jakarta Barat, Affandi Nofrisal.
Foto . Instagram disparekrafdki
Revitalisasi Kawasan Kota Tua
Di kawasan Kota Tua para pengunjung bisa menikmati beragam aktivitas seru yang sarat dengan nilai sejarah. Beberapa waktu lalu di kawasan ini diadakan Semarak Qurban Online, Pembukaan Luring dan Peresmian Layanan Baru Museum Bank Indonesia, Tour Trophy FIB Asia Cup Indonesia, Kunjungan Abang None, hingga Festival Kota Tua.
Ada juga penampilan lagu bertema Islami oleh Komunitas Musik di Kota Tua, Konten Video Pariwisata, dan Peningkatan Pemahaman Sejarah Perkembangan Kota Tua bagi Siswa Sekolah, pelatihan membuat gerabah di Museum Seni Jakarta, pagelaran wayang di Museum Wayang, hingga pameran bertemakan sejarah di Museum Sejarah Jakarta.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta Andhika Permata mengatakan, revitalisasi kawasan Kota Tua dilakukan untuk mengembalikan nilai sejarah yang melekat di kawasan tersebut. Oleh karena itu, penataan sekeliling kawasan pun perlu diperhatikan, agar suasana kenangan tempo dulu dapat kian dirasakan.
Kawasan Kota Tua saat ini sedang memasuki proses revitalisasi. Pemprov DKI Jakarta akan membuat desain Kota Tua seperti tahun 1627. Salah satu kawasan yang didesain berlokasi di Jalan Lada yang dulu dikenal dengan sebutan ‘Kanal Macan’. Di sana nantinya akan dibuat tipologi dari pedestrian kawasan tersebut.
“Revitalisasi saat ini mencakup perbaikan infrastruktur ruang ketiga publik pedestrian, plaza transit, dan taman guna menunjang mobilitas aktif pejalan kaki, pesepeda, serta transportasi publik,” kata Andhika.
Revitalisasi gedung bersejarah tidak dilakukan. Karena itu ke depan seiring revitalisasi kawasan Kota Tua rampung, Pemprov DKI Jakarta mendorong pelaku usaha di sekitar kawasan tersebut untuk menempatkan diri di bangunan Kota Tua. Tentunya tanpa mengurangi estetika bangunan bersejarah tersebut.
“Revitalisasi gedung tidak ada, tetapi kita memberi stimulasi supaya pelaku usaha di kawasan bisa memanfaatkan gedung cagar budaya dengan fungsi yang lebih relevan dengan aktivitas warga kota untuk tinggal, kerja, hidup, dan bermain,” ujarnya.
(Fitria Dwi Astuti )