Tragedi Memilukan Pekerja Pabrik yang Cacat Kecelakaan Kerja di Tengah Mimpi India Jadi Negara Industri Dunia

Tim Okezone, Jurnalis
Selasa 20 September 2022 07:00 WIB
Keluarga korban/ foto: BBC
Share :

Selama bertahun-tahun, laporan berita telah menyoroti bahwa para pekerja di "pabrik kecil dan tidak terdaftar" seringkali menjadi pihak yang paling terdampak oleh kecelakaan industri. Korban biasanya adalah pekerja miskin atau migran yang keluarganya tidak memiliki sumber daya untuk menggugat lewat jalur hukum.

'Saya ingin keadilan'

Rakesh Kumar sering terbangun berteriak di tengah malam. Ia kehilangan tiga putrinya dalam kebakaran di pabrik Delhi, tempat mereka merakit ruter Wi-Fi dengan upah masing-masing 8,000 rupee (Rp1,5 juta) sebulan.

"Putri-putri saya pasti sangat menderita," katanya.

Keluarga menunggu berita tentang mereka berhari-hari setelah kebakaran, sampai polisi memanggil mereka untuk melakukan identifikasi jenazah putri mereka yang hangus dengan tes DNA. Putri-putrinya akhirnya dikremasi sebulan setelah kebakaran.

"Saya ingin keadilan untuk mereka," kata Kumar.

Sangeeta Roy, 50 tahun, kehilangan lengan saat menggunakan mesin pemotong kardus di perusahaannya tiga tahun yang lalu. Ia mengatakan ia tidak menerima kompensasi apa pun dari majikannya dan harus menunggu tiga tahun untuk mendapatkan bantuan pemerintah bagi pekerja yang terluka.

Tidak ada data nasional resmi tentang pekerja yang menjadi cacat karena kecelakaan industri. Tetapi survei baru-baru ini oleh organisasi nirlaba Safe in India Foundation, yang dilakukan terutama di pabrik manufaktur suku cadang kendaraan di India utara, mengatakan 3.955 kecelakaan serius terjadi antara 2016 dan 2022.

Tujuh puluh persen dari yang terluka kehilangan jari-jari mereka atau menghancurkan tangan mereka saat menggunakan mesin pres logam.

India adalah pusat manufaktur mobil utama di Asia Selatan, mempekerjakan sekitar 10 juta pekerja. Sebagian besar manufaktur dikontrakkan dan disubkontrakkan ke perusahaan yang lebih kecil.

Pendiri organisasi nirlaba itu, Sandeep Sachdeva, mengatakan kepada BBC bahwa banyak negara bagian tidak melaporkan kasus-kasus seperti itu secara akurat.

(Nanda Aria)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya