Kisah 15 'Wanita' Hitler, yang Memastikan Fuhrer Aman dari Racun

Tim Okezone, Jurnalis
Kamis 06 Oktober 2022 05:00 WIB
Adolf Hitler/Foto: BBC
Share :

JAKARTA - Sebelum 2013, tak pernah terungkap peran 15 perempuan pencicip makanan Adolf Hitler yang bertugas untuk memastikan ada-tidaknya racun dalam santapan Fuhrer atau pemimpin tertinggi di era Nazi Jerman tersebut.

Sebagaiamana dilansir dari BBC, Rabu (5/10/2022), sebuah drama teater di Edinburgh Fringe Festival berupaya mengisahkan keberadaan mereka.

 BACA JUGA:Aksi Tendangan Kungfu Oknum TNI di Tragedi Kanjuruhan, Pangdam Brawijaya: Sudah Diproses Hukum!

Bayangkan jika setiap piring makanan di hadapan Anda bisa jadi santapan terakhir Anda. Semua makanan Anda, dari sarapan hingga santapan malam kemungkinan besar beracun, tapi Anda tetap harus memakannya.

Bagi sekelompok perempuan di Third Reich, itu merupakan realitas keseharian mereka. Para perempuan itu harus mencicipi makanan Hitler selama 2,5 tahun terakhir periode Perang Dunia II.

 BACA JUGA:Rayakan HUT ke-77 TNI, Kopassus Renovasi Rumah Warga Binaannya Jadi Layak Huni

Hitler, yang juga kerap dipanggil Führer, ingin perempuan muda Jerman terpilih untuk mengambil sampel setiap makanannya. Ia khawatir, pihak Sekutu berupaya merancuninya.

Dan para perempuan itu memandang pekerjaan tersebut sebagai sebuah kebanggaan dan pengabdian.

Kisah menakjubkan tentang para perempuan muda itu menjadi terang benderang tahun 2013. Saat itu, Marget Wölk yang berusia 95 tahun mengungkap peran yang pernah dijalaninya itu kepada majalah berbahasa Jerman, Der Spiegel.

Dan kini, Hitler's Tasters (Para Pengecap Hitler), sebuah drama teater karya Michelle Kholos Brooks secara bebas menggambarkan ulang ancaman kematian yang dihadapi para perempuan itu, dari satu suapan ke suapan lainnya.

Setelah digelar di beberapa kota di Amerika Serikat, pertunjukan itu kini akan ditampilkan selama sebulan di Edinburgh Fringe, festival seni terbesar di dunia.

Dimainkan oleh pemeran yang seluruhnya perempuan, drama ini fokus pada empat sosok yang tinggal di gedung sekolah persis di sebelah Wolf's Lair, pusat kendali pertempuran Jerman di East Prussia (kini Polandia).

Perkenalan Brooks dengan kisah para pengecap Hitler itu terjadi tanpa sengaja. Sejawat penulisnya menyebut kisah itu sambil lalu saat mereka menghabiskan waktu sebelum terbang dengan pesawat.

"Saya berkata 'apakah kamu akan menulis kisah itu? Karena kalau tidak, saya akan melakukannya,'" ujar Brooks.

Cerita yang sangat kaya 

 

"Itu serupa dengan segala hal yang saya pikirkan dan takutkan, yaitu tentang bagaimana perempuan muda diperlakukan, bagaimana anak-anak dilibatkan dalam perang, seberat apa menjadi remaja perempuan dan seperti apa wujud manipulasi politik," kata Brooks.

Seluruh kisah itu terkesan begitu berat untuk dicerna, tapi lakon itu sebenarnya ditampilkan dalam pendekatan komedi gelap.

Dibandingkan pengalaman orang lain selama perang, para perempuan itu menjalani kehidupan yang lebih mudah. Tahun 1944, saat banyak orang kelaparan di Jerman, mereka makan tiga kali dalam sehari.

Tentu saja, mereka mendapat menu vegetarian karena Hitler dikenal menjauhi panganan berbahan daging. Marget Wölk menyebut menu itu, antara lain sederet sayuran, nasi, pasta, mi, dan buah-buahan eksotik yang sangat jarang ditemukan kala itu.

Namun meski seluruh panganan itu lezat, Wölk berkata, mereka tidak bisa benar-benar menikmatinya.

"Beberapa dari mereka mulai menangis saat mulai makan karena mereka sangat takut," kata Wölk dalam sebuah sesi wawancara tahun 2013.

"Kami harus menghabiskan seluruhnya, lalu menunggu satu jam. Dan kami selalu takut akan jatuh sakit. Kami juga menangis layaknya anjing karena begitu bahagia dapat bertahan hidup."

Sejumlah anggota badan paramiliter Nazi, SS, yang akan menyiapkan makanan kepada Hitler biasanya menunggu sejam. Jika para perempuan muda itu terjungkal, mereka batal menyajikannya.

Yang diselami Brooks dalam tulisannya adalah "tentang bagaimana mereka membunuh waktu, membunuh rasa bosan yang ada.

"Apa yang mereka bicarakan saat itu? Saya rasa, untuk bertahan hidup, Anda harus selalu kembai menjadigadis muda pada umumnya: saling mengepang rambut, tertawa, dan mencari cara menghadapi kegilaan yang terjadi," kata Brooks.

Sejauh yang kita tahu, tak ada di antara perempuan muda itu yang akhirnya benar-benar keracunan makanan. Namun kisah mereka nyaris tidak terdokumentasikan. Jika bukan karena Wölk, kita mungkin tak akan pernah mengetahuinya.

(Nanda Aria)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya