"Sistem hidraulis Angkor sangat unik karena skalanya," kata Penny.
"Ada banyak contoh kota bersejarah dengan sistem pengelolaan air yang rumit, tetapi tidak ada yang seperti ini."
"Skala waduk, misalnya. Jumlah air yang ditampung Baray Barat luar biasa. Banyak kota Eropa bisa berada dengan nyaman di dalamnya ketika itu dibangun. Ini membingungkan; ini adalah laut," ujar Penny.
Namun, meskipun air yang berkontribusi pada kebangkitan Kekaisaran Angkor, air juga berkontribusi pada kehancurannya.
"Jelas, jaringan pengelolaan air sangat penting dalam pertumbuhan kota dan menghasilkan kekayaan dan kekuasaan," kata Penny.
"Tapi saat itu tumbuh lebih kompleks dan lebih besar dan lebih besar, itu menjadi kelemahan bagi kota itu sendiri."
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, perubahan iklim yang dramatis menyebabkan hujan berkepanjangan yang diikuti oleh kekeringan yang hebat.
Perubahan iklim ini berdampak pada jaringan pengelolaan air, yang pada akhirnya berkontribusi pada kejatuhan kekaisaran.
"Seluruh kota dihantam oleh variasi cuaca yang sangat besar ini," jelas Penny.
"Luasnya skala dan ketergantungan jaringan air itu berarti gangguan kekeringan besar-besaran. Orang-orang yang mengubah sistem jaringan demi mengatasi kekeringan, namun musim hujan berkepanjangan kemudian menghancurkannya.
"Hal itu memecah seluruh jaringan, membuatnya tak dapat digunakan."
Penelitian lebih lanjut menunjukkan perubahan cuaca ini, ditambah kerusakan sistem hidraulis dan meningkatnya serangan dari negara tetangga, Siam, menyebabkan ibu kota kerajaan dipindahkan ke selatan di Oudong.
"Buku-buku sejarah menyebut bahwa Angkor jatuh karena orang Siam menguasainya pada 1431," kata Damian.
"Saya tidak berpikir itu terjadi. Bukti yang kami dapatkan menunjukkan bahwa kejatuhan itu lebih bersifat jangka panjang."
"Dampak dari kekeringan hebat, sistem pengelolaan air yang rusak, serangan terus-menerus dari Siam dan perluasan rute maritim, semuanya berkontribusi," ujarnya.
Bagaimanapun, begitu Angkor ditinggalkan, alam kemudian mereklamasinya secara alami.
(Qur'anul Hidayat)