LIMA – Krisis politik di Peru telah memicu protes dan kerusuhan yang menyebabkan setidaknya tujuh orang tewas pekan lalu. Pemandangan asap api dan gas air mata terlihat di jalanan kota-kota di Peru dalam beberapa hari terakhir.
Kerusuhan dipicu oleh pemecatan dan penangkapan presiden sayap kiri Pedro Castillo setelah dia mencoba membubarkan Kongres secara ilegal. Tindakan Castillo itu dilakukan setelah kebuntuan selama berbulan-bulan di mana anggota parlemen memakzulkannya tiga kali, dengan pemakzulan terakhir mencopotnya dari jabatan.
Peru telah menjadi salah satu bintang ekonomi Amerika Latin di abad ke-21, dengan pertumbuhan yang kuat mengangkat jutaan orang keluar dari kemiskinan. Tetapi gejolak politik yang berkepanjangan semakin mengancam untuk menggagalkan stabilitas ekonomi negara itu.
Pengunjuk rasa yang melakukan protes dan blokade, yang berdampak pada tambang-tambang di negara penghasil tembaga terbesar kedua di dunia itu menuntut Kongres dan Presiden Dina Boluarte untuk mundur.
Para pemilih muak dengan pertikaian politik yang terus menerus terjadi, membuat Peru memiliki enam presiden dalam enam tahun terakhir dan tujuh upaya pemakzulan.
BACA JUGA: Peru Lantik Presiden Baru Setelah Pendahulunya Ditahan Atas Tuduhan 'Pemberontakan'
Kongres unikameral Peru yang sangat terfragmentasi hanya memiliki peringkat persetujuan hanya 11%, menurut jajak pendapat Datum.
"Rakyat Peru kelelahan karena semua intrik politik, kejahatan, ketidakpastian, dan pertumbuhan yang terhambat," kata Eric Farnsworth, wakil presiden Dewan Masyarakat Amerika dan Amerika, sebagaimana dilansir Reuters.