Bagaimana Hubungan Antara Krisis Iklim dan Cuaca Ekstrem?

Widi Agustian, Jurnalis
Rabu 28 Desember 2022 16:58 WIB
Ilustrasi. (Foto: Ant)
Share :

JAKARTA - Di Amerika Serikat (AS), badai salju dahsyat menerjang sebagian wilayah utara ke selatan, menewaskan sedikitnya 50 orang. Jutaan orang harus hidup tanpa aliran listrik, tidak sedikit yang terjebak di dalam mobil atau terdampar di bandara lantaran banyak penerbangan yang dibatalkan.

Tetapi, warga Amerika bukan satu-satunya yang harus berjuang menghadapi cuaca ekstrem di musim liburan ini. Hujan deras di Filipina juga menyebabkan banjir bandang hingga menewaskan sedikitnya 25 orang dan membuat ribuan orang mengungsi. Sementara Afrika terus berjuang melawan kekeringan paling parah dalam beberapa dekade terakhir.

Rentetan bencana ini membuat banyak orang mengaitkannya dengan krisis iklim. Bisakah kita menentukan seberapa besar faktor perubahan iklim berperan dalam bencana alam tertentu?

"Cuaca ekstrem selalu ada dan akan selalu ada," kata Sjoukje Philip, seorang peneliti iklim di Institut Meteorologi Kerajaan Belanda dilansir dari DW.

BACA JUGA:Tanah Longsor Paling Banyak Makan Korban Jiwa, Ini 5 Jenis Bencana Alam Paling Mematikan di Indonesia 2022

 

"Namun, perubahan iklim mungkin berdampak pada probabilitas ekstremitas peristiwa cuaca ekstrem", tambahnya.

Dirinya menjelaskan, menentukan kontribusi perubahan iklim, adalah apa yang coba diprediksi oleh Philip, bersama tim peneliti internasional di World Weather Attribution, dengan melakukan analisis atribusi secara real time dari peristiwa cuaca global saat terjadi.

Bencana cuaca, kata dia, tidak pernah hanya disebabkan oleh satu penyebab. Tapi merupakan gabungan dari faktor alam dan faktor aktivitas manusia. Misalnya, penggundulan hutan skala besar dan pengaspalan area hijau yang dapat memperparah bencana banjir.

Jelas, perubahan iklim juga merupakan faktor manusia, tetapi tidak pernah menjadi satu-satunya pemicu bencana cuaca.

"Pengaruhnya bergantung pada fenomena cuaca yang bersangkutan dan bobotnya berbeda untuk setiap peristiwa", kata ahli klimatologi Jerman Friederike Otto dari Imperial College di London dan pendiri tim peneliti Atribusi Cuaca Dunia.

"Perubahan iklim memainkan peran besar untuk beberapa peristiwa", kata Otto menambahkan. "Tetapi untuk sebagian besar peristiwa lainnya seperti hujan deras atau kekeringan, sering kali faktor tersebut relatif kecil dibandingkan dengan yang lain", papar pakar klimatologi itu.

"Saat iklim Bumi menghangat, atmosfer kita dapat menahan lebih banyak kelembapan, kira-kira 7% lebih banyak untuk setiap 1 derajat (Celsius) pemanasan. Kelembapan tambahan itu berkontribusi pada curah hujan yang lebih tinggi, termasuk hujan salju," jelas Peter Girard, juru bicara resmi untuk lembaga nirlaba AS Climate Central.

Sementara hujan salju terjadi lebih intens di beberapa bagian Asia Utara dan Timur, Amerika Utara dan Greenland, para ilmuwan masih belum yakin bagaimana tepatnya perubahan iklim memengaruhi badai musim dingin di banyak tempat.

"Hubungan antara suhu ekstrem dan pemanasan global jauh lebih langsung", kata Sjoukje Philip. Perubahan suhu tidak harus lebih ekstrem, tetapi karena suhu rata-rata global meningkat, gelombang panas menjadi lebih panas dan udara dingin menjadi lebih moderat.

"Dengan gelombang panas, perubahan iklim benar-benar mengubah permainan," kata Friederike Otto.

Apakah perubahan iklim punya dampak yang sama di mana-mana?

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya