4 Prajurit TNI yang Jadi Legenda di Medan Perang, Ada Pratu Suparlan yang Mengorbankan Nyawanya

Della Octavilia, Jurnalis
Kamis 12 Januari 2023 06:07 WIB
Ilustrasi (Foto : Kopassus)
Share :

Karena jumlah pasukan Indonesia kalah banyak, banyak anggota yang gugur. Hanya tersisa Pratu Suparlan dan tiga anggota lainnya. Karena semakin terdesak, anggota Kopassus mencari berbagai cara agar dapat meloloskan diri dari kepungan Fretilin. Saat sedang membagikan tugas untuk melawan pasukan Fretilin, Pratu Suparlan menjadi sosok yang merelakan dirinya untuk maju melawan.

Berbekal senjata otomatis yang ia ambil dari rekannya yang telah meninggal, Pratu Suparlan berlari menghampiri pasukan Fretilin. Dengan gagah berani dan pantang menyerah, Pratu Suparlan terus menghujani tembakan ke arah pasukan Fretilin. Tembakan musuh yang bertubi-tubi, tak dihiraukannya. Bahkan, pakaian seragam yang dikenakannya telah berubah warna menjadi merah darah.

Dalam pengorbanannya tersebut, Pratu Suparlan benar-benar menunjukan kepahlawanannya melawan musuh demi menjaga rekan setimnya. Pratu Suparlan akhirnya gugur karena terkena hujanan tembakan dari musuh. Berkat jasanya, ia dianugerahi Bintang Sakti oleh pemerintah RI.

3. RA Fadillah

Salah satu prajurit TNI yang jadi legenda di medan tempur adalah RA Fadillah. Ia gugur saat menumpas pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) di Riau pada tahun 1958. Saat itu, RA Fadillah merupakan kapten Kopassus yang memimpin Kompi B dan ditugaskan untuk mengamankan ladang minyak di Pekanbaru dan menguasai pertahanan musuh.

Ia dan pasukan mendarat di Bengkalis, lalu bergerak ke Lubuk Jambi, Riau. Mereka menempuh medan yang berat berupa sungai lebar serta hutan rawa. Ditambah lagi, hujan mengguyur deras. Rencana penyergapan pada pukul 9 pagi terpaksa mundur hingga siang hari. Setiba di markas musuh di Desa Cengar, kondisi sudah kosong. Tak tampak pasukan lawan. RA Fadillah dan pasukan kembali masuk ke hutan.

Namun, secara tiba-tiba mereka bertemu pasukan musuh dalam jumlah besar dan langsung menghujani dengan tembakan tanpa henti. Meski akhirnya pihak pemberontak dapat dihalau mundur, RA Fadillah mendapat luka tembak di bagian perut. Hingga akhirnya, ia mengembuskan napas terakhir pada 2 April 1958. Untuk mengenang jasanya, nama RA Fadillah diabadikan sebagai nama jalan di kawasan Cijantung.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya