JAKARTA - Sungai Bengawan Solo meluap. Peristiwa tersebut menyebabkan ratusan rumah terendam banjir.
Menurut Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, penyebab meluapnya Sungai Bengawan Solo memiliki kesamaan faktor peristiwa yang terjadi pada 2007 lalu.
“Ada yang sama tapi juga ada faktor lain ya. Kesamaannya juga tata guna lahan, kalau kalau sekarang ini pengaruh tata guna lahan semakin parah dibandingkan zaman banjir Bengawan Solo waktu itu (2007),” ujar Dwikorita di sela dialog secara virtual, Senin (20/2/2023).
“Dan waktu itu karena infrastruktur yang selain alam ya, kita memang hujannya lebat ya, sama-sama hujan lebat, tapi di kala itu kan infrastrukturnya belum selengkap saat ini, pengelolaan tata airnya belum selengkap saat ini,” katanya.
BACA JUGA:Bengawan Solo Meluap, Ratusan Hektare Sawah di Sragen Terendam Banjir
Dwikorita menyoroti tata kelola Bengawan Solo yang jauh lebih bagus. Namun, tidak dibarengi dengan tata guna lahan, sehingga kejadian ini akan terus berulang.
"Nah, saat ini tata kelola di Bengawan Solo ini termasuk yang bagus di Indonesia, sudah jauh lebih bagus,” katanya.
“Namun, ternyata tata kelola air ini kau tidak cukup kalau tidak dibarengi dengan tata guna lahan ya, nampaknya yang saat ini itu tata guna lahan nya memang sudah semakin semakin parah lah itu,” imbuhnya.
BACA JUGA:Terpeleset di Jembatan Tangkisan, Remaja Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Bengawan Solo
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Bengawan Solo juga tak lepas dari sorotan BMKG. Sehingga sejumlah faktor seperti hujan tinggi yang cenderung ekstrem, tata guna lahan, juga menjadi penyebab meluapnya Bengawan Solo.
“Dan tidak juga menutup faktor curah hujannya saat ini juga semakin meningkat bahkan ekstrem. Sehingga memang ada beberapa faktor yang berpengaruh, selain kondisi cuaca ya, namun juga dipengaruhi oleh kondisi perubahan tata guna lahan yang juga semakin ekstrem,” kata Dwikorita.
“Tidak hanya cuaca yang ekstrem tata guna lahannya, bukan hanya tata guna lahan di wilayah Solo tetapi di DAS Bengawan Solo itu, di DAS-nya ini meskipun strukturnya atau tata kelola airnya relatif jauh lebih baik,” pungkasnya.
Sebelumnya, hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah hulu di Waduk Gajah Mungkur, yang berimbas Sungai Bengawan Solo meluap karena tak kuat menampung debit air.
Per Jumat 17 Februari 2023, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat wilayah yang terdampak banjir Bengawan Solo meliputi Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar.
Setidaknya ada 21.846 orang terdampak banjir di 13 kelurahan di Kota Surakarta. Kemudian, 4.440 orang harus mengungsi ke tempat aman.
(Arief Setyadi )