"Saya Katolik dan saya pun berpuasa selama Ramadan, karena membawa kejelasan, kesadaran, empati, dan disiplin. Semoga lancar!" ujarnya.
Anuradha K Herath, Direktur Jenderal (Hubungan Internasional) di Kantor Perdana Menteri Sri Lanka, mengaku pernah sekali ikut puasa Ramadan, "Saya ingat melakukan hal yang sama saat dulu kuliah di Universitas Moratuwa," cuitnya di Twitter.
"Teman saya @sifaan membangunkan saya pagi-pagi sekali untuk sahur dan berbagi takjil selama kuliah saat sore hari untuk berbuka puasa. Bagi saya itu pengalaman yang sangat baik."
"Menurut saya ikut berpuasa ini merupakan tanda protes atas rasisme yang disebarluaskan pimpinan tertentu di negeri kami," kata Rehan Jayawickreme.
"Bukan berarti saya pindah masuk Islam, namun sebagai protes menentang rasisme."
Kepada BBC, dia mengatakan sebagai komunitas Muslim yang minoritas di Sri Lanka banyak dicela sejak serangan Minggu Paskah pada 2019.
Hampir 70% penduduk di Sri Lanka beragama Buddha. Sisanya ada yang beragama Hindu, Islam dan Katolik.
"Ketika saya menunjukkan kepada masyarakat Muslim bahwa, sebagai mayoritas, kami peduli dengan mereka. Saya menawarkan kepada mereka rasa aman dan tentram."
Sedangkan para pengritiknya menuduh Rehan sekadar ingin meraih dukungan suara dari umat Muslim.
Sebagai tanggapannya, politisi itu mengangkat satu komentar dari salah satu pendukungnya di Twitter.
"Jauh lebih baik mendapat suara dengan mempromosikan keharmonisan dalam beragama ketimbang menciptakan kebencian."
(Nanda Aria)