Karena dua jagoan di kelasnya memilih nilai B, maka kawan-kawan sekelasnya, termasuk dirinya, kompak memilih nilai C. Setelah semua mengisi nilai, Gus Dur tanpa memeriksa lagi langsung tanda tangan.
“Lha Fachry Ali saja milih B, masak saya pilih A,” kenang Aam.
“Saya terpaksa deh pilih nilai C,” lanjutnya.
Bagi Aam, pengalaman tersebut begitu mengesankan. Menurut dia, kewibawaan seorang Gus Dur, mungkin juga karena kesungguhan dan keikhlasannya dalam mengajar, menempa mahasiswa didiknya untuk jujur pada kemampuan diri sendiri.
“Saya pernah mencoba hal yang sama ke mahasiswa saya, tapi gagal. Mereka ngisi A semua,” ujar Aam sambil tertawa.
(Rahman Asmardika)