Cara Umat Islam Tentukan Waktu Salat di Kota yang Selalu Disinari Matahari

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Selasa 28 Maret 2023 05:00 WIB
Ilustrasi/Foto: BBC
Share :

"Dalam beberapa tahun terakhir pariwisata telah meledak," kata Nadia Hakmi yang lahir dalam keluarga Muslim di Tromso dan bekerja di kapal pesiar.

Tromso dipasarkan secara besar-besaran di Asia Tenggara sebagai daerah hutan belantara, tempat di mana langit menyala dengan aurora dan beruang kutub di jalanannya.

Turis-turis Islam, termasuk kelompok wisata halal, sering mampir di Alnor Senter untuk melakukan rutinitas salat mereka sehari-hari.

"Kadang-kadang ruang sholat menjadi begitu penuh dengan turis sehingga jemaat meluap ke ruang kelas tetangga," kata Siv Samira Kofoed, seorang jemaah lama Alnor Senter.

Pariwisata adalah jantung ekonomi lokal, yang membuat Tromso punya salah satu tingkat pengangguran terendah di Norwegia, menurut Yusuf.

Kemakmuran ini jadi salah satu faktor yang menarik imigran dari negara-negara seperti Somalia dan Ethiopia. Mereka melarikan diri dari perang dan kemiskinan dan menemukan semacam stabilitas dan peluang di ujung utara Eropa.

Setelah berdoa di Alnor Senter, saya mengobrol dengan beberapa pemuda yang terdaftar di Universitas Tromso. Di sana mereka memanfaatkan banyak peluang pengembangan karier.

Beberapa dari mereka berharap pindah ke daerah selatan seperti Oslo atau Stockholm begitu mereka mendapatkan gelar. Yang lain membayangkan berdoa bersama anak-anak mereka di ruang doa Alnor Senter.

Mereka yang tetap akan melanjutkan tradisi berusaha mendamaikan doa harian Islam tradisional dengan kekhasan astronomi Arktik. Di Alnor Senter, upaya tersebut bisa dirujuk kembali pada pendirian masjid itu tahun 2006 oleh seorang mualaf kelahiran Tromso, Sandra 'Maryam' Moe.

Moe dan para pemimpin masjid lainnya menghubungi para cendekiawan Islam di Arab Saudi, Mesir dan Kuwait. Mereka bertanya tentang matahari tengah malam dan kaitannya dengan waktu salat harian.

Para ulama mengeluarkan fatwa yang menawarkan tiga pilihan. Salah satunya adalah mengoordinasikan waktu salat dengan negara terdekat tempat matahari terbit dan terbenam secara teratur sepanjang tahun.

Dua opsi lainnya adalah mengizinkan setiap jemaah mengikuti waktu salat di negara asal mereka atau menyelaraskan jadwal Tromso dengan jadwal salat di kota suci Mekah, tempat kelahiran Nabi Muhammad.

Kedua masjid Tromso menyetujui opsi terakhir, setidaknya untuk sementara. "Sampai kita bisa menemukan sesuatu yang lebih baik," kata Waizy.

Waizy dan yang lainnya percaya bahwa usul itu tidak sepenuhnya membahas identitas baru mereka sebagai Muslim Norwegia. Fatwa itu hanya memberlakukan jadwal dari tempat yang jauh.

Pencarian solusi yang lebih baik dilakukan pada bulan April 2019. Saat itu imam dari dua masjid melakukan perjalanan ke Swedia dengan ulama dari Denmark, Swedia dan Finlandia, serta perwakilan dari komunitas di Alta dan Hammerfest.

Mereka memperdebatkan masalah waktu salat dan puasa selama Ramadhan,

Setelah banyak pertimbangan, para ulama membuat saran, yang pada dasarnya mengusulkan untuk melokalisasi dua waktu salat (zuhur dan asar) dengan menentukan posisi tertinggi harian matahari seperti yang diamati dari setiap lokasi masjid Arktik.

Di musim dingin, pengamatan ini akan bersifat tidak langsung, melalui perhitungan, tetapi masih akan terikat pada masing-masing lokasi.

Adapun jadwal salat sebelum dan setelahnya akan disesuaikan dengan memperhatikan waktu matahari terbit dan terbenam di Mekah, untuk melengkapi jadwal ibadah harian yang seimbang.

Sejak April, perpaduan waktu lokal dan Mekah ini telah menjadi sistem resmi untuk sholat di Tromso. Namun, ini masih dalam proses.

Seperti yang dijelaskan Hakmi, "Kami selalu sepakat bahwa tidak ada keputusan yang final. Prosesnya sedang berlangsung."

Dan pada kenyataannya, pada pertengahan Desember 2019, masjid-masjid Tromso akan menjadi tuan rumah konferensi lanjutan khusus untuk meninjau kembali jadwal sementara yang dikembangkan pada bulan April.

Tidak semua orang mengikuti jadwal baru: ada yang terus mengikuti waktu Mekah, ada yang tetap mengikuti negara asal mereka.

Yusuf menunjuk dua anggota Al Rahma yang mengatur waktu sholat mereka sesuai dengan matahari terbit dan terbenam di Paris, kota asal mereka.

Kami berada di tangga belakang Al Rahma tepat setelah salat, ketika para jamaah masih mengobrol di tempat kecil di belakang rumah kaca.

Saya bertanya pada Yusuf apakah kedatangan musim dingin tanpa matahari membuat dia sedih. Yusuf menjawab bahwa dia sudah terbiasa.

Perjalanannya panjang. Setelah melarikan diri dari kekerasan di Somalia, dia menghabiskan empat tahun di Harstad (kota kecil Norwegia utara, selatan Tromsø tetapi masih di utara Lingkaran Arktik) sebelum menjadi imam Al Rahma.

Hanya dalam beberapa bulan, perpisahan melankolis dengan matahari akan berlangsung di puncak Gunung Storsteinen. Setelah itu, matahari tidak akan terbit lagi di Tromsø sampai tahun depan.

Yusuf memandang ke langit, yang sudah bernuansa senja yang lebih cepat. "Negara ini memberi kami sesuatu yang berbeda," kata dia.

"Kami memiliki kedamaian di negara ini. Itu sangat berarti."

(Nanda Aria)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya