Cara Umat Islam Tentukan Waktu Salat di Kota yang Selalu Disinari Matahari

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Selasa 28 Maret 2023 05:00 WIB
Ilustrasi/Foto: BBC
Share :

Yusuf, yang berbicara dengan lembut dan ramah, tumbuh dalam keluarga religius di Somalia. Di sana, semua hal berpusat pada waktu salat, yang ditentukan oleh matahari terbit dan terbenam.

Dalam keadaan normal, sholat pertama (subuh) dilakukan sebelum matahari terbit; yang terakhir (isya) dilakukan tak lama setelah Maghrib, salat yang waktunya sama dengan matahari terbenam.

Anggota komunitas Islam Tromso menceritakan kepada saya kisah-kisah serupa fajar dan senja yang berbeda dari masa kecil mereka, saat semuanya teratur.

Mansoor Waizy, yang berada di dewan pemerintahan Alnor Senter, masjid yang lebih besar, bicara kepindahannya dari Kabul ke Jerman, dan bagaimana di Kabul "Anda membagi hari sesuai dengan waktu sholat".

Tapi di Jerman, irama hari kerja diutamakan. "Di Jerman, perubahan itu membuat frustrasi," kata Waizy, "tapi setidaknya matahari masih terbit dan terbenam."

Pada tahun 2007, ia pindah ke Tromso dan merasa terdisorientasi ketika harus salat Maghrib dengan matahari yang masih tinggi di langit. "Saya salat dalam kebingungan," katanya.

Solusi untuk menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kebingungan ini adalah tantangan besar bagi komunitas Islam di kawasan Arktik Norwegia.

Selain dua masjid Tromso, ada masjid kecil di kota Alta, di kawasan timur dan sedikit lebih jauh ke utara, dan satu lagi di Hammerfest, bahkan lebih jauh ke utara.

Apa kompromi yang dapat diterima ketika matahari terbit dan tenggelam dengan cara yang tidak sesuai dengan prinsip dasar jadwal salat Islam?

"Kami masih berusaha mencari tahu," jawab Ole Martin Risan, seorang mualaf kelahiran Tromso, ketika kami mengobrol di dapur Alnor Senter.

Alnor Senter menempati bekas sanggar tari yang cukup luas di jalan curam menuju tepi laut Tromso.

Meskipun luas, masjid bisa tampak kecil pada waktu salat. Saat salat Jumat dan salat malam yang saya hadiri, ruang salat penuh sesak dan ramai.

Pada hari raya terpenting, Idul Fitri, yang menandai akhir Ramadhan, jemaah yang berkumpul hampir ratusan orang. Alnor Senter dan Al Rahma bergabung dan beribadah bersama di gedung olahraga setempat, yang biasanya jadi markas tim basket Tromso Storm.

Masalah mengakomodasi jemaah didorong oleh dua faktor: pariwisata dan imigrasi. Keduanya memperluas komunitas Muslim permanen dan muslim sementara Tromso.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya