Sedangkan nama masjid sekarang At-Thohiriyah berasal dari kata Thohir, yang merupakan menantu Kiai Hamimuddin, generasi yang mewariskan pengelolaan masjid itu, yang menikahi anak pertama dari Kiai Hamimuddin bernama Siti Murtasiah.
Sosok KH. Thohir sendiri disebut berasal dari Cangaaan, Bangil, ia satu angkatan dengan ulama asal Madura Syaikhona Kholil. Kharismanya begitu besar membuat santri-santri kian berdatangan dari berbagai daerah ke daerah Bungkuk.
Oleh karenanya kharismanya dan beliau merupakan salah satu waliullah yang memiliki karomah luar biasa. Maka ketika proses rekonstruksi beberapa kali, nama masjid diubah menjadi Masjid At-Thohiriyah yang diambil dari nama KH. Thohir.
KH. Moensif Nachrawi mengakui dari beberapa literasi dan informasi beberapa dosen yang menugaskan mahasiswanya penelitian perkembangan Islam di Malang raya, Masjid Bungkuk ini merupakan masjid tertua yang ada di Malang raya. Namun secara pasti ia menyebut tidak memiliki data penelitian tersebut.
Tapi kalau melihat dosen dosen pembimbing yang mengirim mahasiswa mahasiswanya itu belajar awal sejarah awal perkembangan agama Islam di minta ke sini. Rupanya saya nilai disini ini yang awal, Saya nggak bisa mengatakan pasti karena saya tidak pernah survei, yang jelas di sini abad 18," jelasnya.
Kini Masjid At-Thohiriyah memang telah bertransformasi sebagai salah satu pusat syiar agama Islam dan tempat ibadah yang lebih modern. Desain bangunan pun menyesuaikan zamannya dengan tiga kali proses rekonstruksi, namun corak khas empat tiang utama yang jadi awal mula masjid tetap dipertahankan hingga kini.
(Awaludin)