JAKARTA - Panembahan Senopati penguasa Kerajaan Mataram konon suatu ketika tengah berdoa dan bertapa di pesisir laut selatan. Ia memanjatkan doa agar masa depan Kerajaan Mataram gemilang. Sementara sang paman, Ki Juru Martani yang merupakan penasehat Senopati juga pergi ke Gunung Merapi seiring kepergian Senopati berdoa ke pantai selatan.
Babad Tanah Djawi mengisahkan bagaimana dua orang penting di awal Kerajaan Mataram berdiri ini bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Senopati berjalan ke arah timur dan membiarkan dirinya terbawa arus Kali Opak.
De Graaf pada bukunya "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung", mendeskripsikan bagaimana Senopati di muara bertemu dengan ikan olor Tunggulwulung yang pernah berutang budi. Kemudian menawarkan punggungnya sebagai tempat duduk.
Senapati berterima kasih, naik ke darat, dan sambil berdiri berdoa kepada Allah. Akibatnya, badai meniup dahsyat, yang mencabut pohon-pohon beserta akarnya, melemparkan ikan-ikan ke darat, sedangkan air menjadi sangat panas seolah-olah mendidih.
Gejala-gejala alam ini menarik perhatian Roro Kidul, sang penguasa pantai selatan. Ia muncul dari laut, dan melihat Senapati masih berdoa kepada Allah. Apa yang menjadi idaman Senapati diketahui oleh Rara Kidul. Ia mendekati Senopati, memberikan sembah dan meramalkan masa depannya yang gemilang.
Kepada Senopati, Roro Kidul menjamin semua makhluk halus di tanah Jawa akan patuh padanya. Senopati selesai berdoa, dan alam pun kembali tenang, ikan-ikan yang mati pun hidup kembali.
Setelah itu Senopati bersama Ratu Kidul masuk ke dalam istana di bawah air. Di sana mereka berkasih-kasihan selama tiga hari tiga malam, ia mendapat pelajaran dalam ilmu pemerintahan, khususnya cara memanggil makhluk-makhluk halus.