POSISI Belanda mulai terusik dalam pergaulan internasional usai Serangan Umum 1 Maret 1949. Serangan dari TNI itu bak membuka mata dunia bahwa Republik Indonesia masih ada. Belanda pun mulai terlihat sebagai negara yang mengganggu kedaulatan negara lain.
Sejumlah upaya dari jalan diplomatik terus coba digencarkan elite pemerintahan Indonesia. Sementara di berbagai medan tempur, pasukan TNI terus berusaha menangkal setiap agresi Belanda, termasuk seperti yang terjadi di sebuah teritori Sumedang, Jawa Barat, pada 11 April 1949.
Di tanggal yang sama, 11 April 1949, perundingan kembali pasca-Perjanjian Linggarjati dan Renville, terjadi lagi antara delegasi Belanda dan Indonesia di bawah pengawasan “auspices”, panitia PBB untuk Indonesia.
Namun, perindungan itu macet sampai seminggu kemudian. Seperti dikatakan George Turnan Kahin, misionaris PBB dari Amerika Serikat dikutip dari buku “Mengenang (Sutan) Syahrir”, pihak Belanda bersikeras tak ingin memulihkan (menyerahkan) Ibu Kota Yogyakarta.
Belanda mendesak pemerintah Indonesia memerintahkan TNI menyerahkan senjata dan menghentikan perang gerilya. Jika tidak, Belanda enggan melanjutkan jalan diplomatik dan membawanya ke Konferensi Meja Bundar.
Sebelum akhirnya Belanda dan Indonesia melakukan gencatan senjata resmi lewat Perjanjian Roem-Roijen pada 14 April-7 Mei 1949, masih terjadi aksi gangguan, psywar, dan bahkan bentrokan antara TNI dan pasukan KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) – pasukan Hindia-Belanda.
Salah satunya dialami satuan-satuan dari Divisi Siliwangi yang belum lama sampai ke Jawa Barat, usai perintah kembali (long march) dari Yogyakarta, Desember 1948. 11 April 1949 di sekitar Cibubuan Conggeang, Sumedang, terjadi pertempuran sengit antara Batalyon II Tarumanegara dengan unsur-unsur KNIL Batalyon V “Andjing NICA”.
Sebutan “Andjing NICA” berasal dari julukan orang-orang Indonesia yang pro-Belanda saat itu. Sementara Batalyon V KNIL dikenal sebagai pasukan “Belanda Hitam” yang terdiri dari prajurit-prajurit asal wilayah timur yang paling brutal dan ganas.