Saat Jepang menjajah Hindia Belanda, Maeda diperintahkan untuk mengatur operasi-operasi Angkatan Laut di Irian Jaya. Setelah pemerintah kolonial Belanda jatuh, maeda ditugaskan ke Jakarta (saat itu masih Batavia) untuk menjadi penghubung antara AL Jepang dan AD Jepang. Pada Oktober 1944, Maeda mendirikan Asrama Indonesia Merdeka yang digunakan untuk menciptakan pemimpin-pemimpin untuk Indonesia merdeka.
Awalnya perumusan naskah proklamasi tidak dilakukan di rumah Maeda, tetapi di Hotel Des Indes. Namun karena pada saat itu para pemuda, Soekarno dan Hatta sampai di sana larut malam, hotel tesebut sudah tutup.
Para pemuda pun menghubungi Laksana Maeda, dan meminta izin kepadanya untuk merumuskan naskah proklamasi di rumahnya, dan Maeda pun mengizinkan.
Rumah Maeda dianggap aman karena ia merupakan Kepala Perwakilan Kaigun (AL Kekaisaran Jepang) sehingga rumahnya dihormati oleh Rikugun (AD Kekaisaran Jepang). Namun peran Maeda untuk mempersiapkan kemerdekaan RI dianggap sebagai penghianatan, dan akhirnya ia ditangkap oleh Sekutu dan mendekam di penjara hingga 1947.
Tadashi Maeda meninggal dunia di Jepang pada tanggal 13 Desember 1977 saat berusia 79 tahun. Ia memiliki isrti yang bernama Nishimura Fumiko, dan dikaruniai anak yang diberi nama Nishimura Toaji Maeda.
(Rahman Asmardika)