Hal tersebut membuat Joko Tingkir dipecat dari ketentaraan, dan diusir dari Demak karena kabarnya Dadungawuk adalah kerabat dari Kesultanan Demak. Ia merasa sangat putus asa, dan kemudian ia pergi ke makam sang ayah di Pengging
Di sana Jaka Tingkir mendengar suara yang menyuruhnya pergi ke tokoh keramat lain, yaitu Ki Buyut dari Banyubiru. Kedatangannya ke Ki Buyut Banyubiru, rupanya telah diketahui dan seketika diterima menjadi muridnya.
BACA JUGA:
Setelah beberapa bulan menimba ilmu, Ki Buyut Banyubiru sudah memperbolehkan Joka Tingkir untuk menemui Sultan Demak guna memohon pengampunan atas kesalahan yang pernah dilakukannya yaitu membunuh Dadungawuk. Sebelum keberangkatannya, Ki Buyut Banyubiru memberikan Joko Tingkir azimat Timang Kyai Bajulgiling.
Perjalanan kembali Joko Tingkir ke Demak dilakukan dengan rakit yang hanya terdiri dari susunan beberapa batang bambu.
BACA JUGA:
Saat akan melewati Kedung Srengenge yang masuk aliran Sungai Bengawan Solo, Joko Tingkir menghadapi hambatan karena adanya sekawanan buaya, kurang lebih berjumlah 40 ekor, yang menjadi penghuni dan penjaga kedung tersebut.
Yakin akan kekuatan dari timang pemberian sang guru, Joko Tingkir nekat mengayuhkan rakitnya memasuki kawasan Kedung Srengenge, bahaya pun mengancam ketika sekawanan buaya mengadang dan mengitari rakitnya.
Benar saja, buaya-buaya yang awalnya beringas seketika menjadi jinak di hadapan Joko Tingkir. Bahkan ke-40 buaya tersebut menjadi pengawalnya selama menyeberangi sungai.
(Fakhrizal Fakhri )