5 Ulama Pejuang Kemerdekaan, Ada yang Berjalan Kaki 18 Hari Sampai Telapak Sepatu Terkikis Habis

Qur'anul Hidayat, Jurnalis
Kamis 09 November 2023 07:57 WIB
5 ulama pejuang kemerdekaan. (Foto: Dok Okezone)
Share :

PARA ULAMA punya peran penting dalam melawan penjajah sehingga Indonesia meraih kemerdekaannya. Mereka rela berkorban harta dan nyawa demi bangsa dan negara.

Menyambut Hari Pahlawan pada 10 November 2023, berikut lima ulama pejuang kemerdekaan Indonesia.

1. Kiai Masykur

KH Masykur adalah Menteri Agama pada tahun 1947–1949 dan 1953–1955. Ia lahir di Malang, Jawa Timur, pada 30 Desember 1904. Masa mudanya banyak ia habiskan untuk merantau dari pesantren ke pesantren. Pengembaraannya dimulai dari Pesantren Bungkuk di Singosari, berlanjut ke Pondok Sono, Siwalanpanji, Tebuireng, hingga berguru kepada Syaikhona Cholil Bangkalan.

Di masa-masa perjuangan revolusi pembebasan atas penjajahan, Kiai Masjkur aktif turut berjuang sebagai seorang pejuang dan ia juga tercatat selaku pendiri Pembela Tanah Air (PETA). Ketika pertempuran 10 November 1945, namanya muncul sebagai Ketua Markas Tertinggi Sabilillah (1945-1947) diamanahkan kepada dirinya dan di masa Mr Amir Syarifuddin ia ditunjuk secara resmi untuk menjadi anggota Badan Pembela Pertahanan Negara.

 BACA JUGA:

2. Kiai Hasnawi Karim

Haji Hasnawi Karim BA adalah seorang akademisi dan pejuang Indonesia. Ia lahir di Batipuh Baruah, Tanah Datar, Sumatera Barat, pada 24 Desember 1924, dari pasangan keluarga Abdul Karim Datuk Rangkayo Marajo dengan Hajjah Nurqamar Amin. Berbagai profesi dan pekerjaan pernah digeluti olehnya.

Dimulai dari guru, pejuang, perwira, hingga pemimpin dan menjadi seorang ulama. Bahkan juga menjadi pemain dalam kancah politik. Hasnawi menjadi Imam Tentara Dinas Agama Tentara Staf A Territorium Sumatera Tengah, daerah Tanah Datar, untuk membina ketaatan beragama, menanamkan iman dan ketakwaan serta budi pekerti luhur para prajurit.

Hasnawi pernah menjadi kepala pendidikan dan latihan Pemuda Republik Indonesia (PRI) Batipuh X Koto Padang Panjang. Ia ikut berjuang dalam memperoleh kemerdekaan dan mengumpulkan bahan makanan dalam pembentukan BKR, TKR Batalyon Merapi yang dirampas dari gudang perbekalan Jepang di Batipuh.

Dalam Agresi Belanda II, Hasnawi pergi ke Tarutung untuk mencari persenjataan. Belum sampai ke tempat tujuan, ia diminta menyerahkan mobilnya kepada petugas di sana, karena untuk menyusun perjuangan yang sangat disegerakan. Akhirnya Hasnawi harus berjalan kaki untuk kembali ke Padang Panjang dengan menempuh perjalanan 18 hari siang malam.

"Telapak sepatu ABRI yang saya pakai dalam perjalanan 18 hari itu habis," ucap Hasnawi mengisahkan penderitaannya dalam perjuangan. 

BACA JUGA:

Sejarah Pertempuran 10 November Cikal Bakal Surabaya Jadi Kota Pahlawan 

3. Kiai Syam'un

Brigadir Jenderal TNI (Anumerta) KH Syam'un adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan yang menentang pemerintahan Hindia Belanda di Banten sekaligus pendiri Perguruan Islam Al-Khairiyah Citangkil, Kota Cilegon.

Ia lahir di Beji, Bojonegara, Serang, Banten, pada 5 April 1894. Pada umur 11 Tahun, KH Syam'un berguru di Masjidil Haram tempat ahli-ahli keislaman terbaik di dunia berkumpul untuk membagi ilmu.

KH Syam'un pernah bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA), sebuah gerakan pemuda bentukan Jepang. Dalam PETA, jabatannya sebagai Dai Dan Tyo yang membawahi seluruh Dai Dan I PETA wilayah Serang. Ia juga sering mengajak anak buahnya untuk memberontak dan mengambil alih kekuasaan Jepang.

Karier KH Syam'un di ketentaraan terbilang gemilang hingga diangkat menjadi Bupati Serang periode 1945–1949. Pada awal kemerdekaan, KH Syam'un berhasil meredam gejolak sosial di Banten, peristiwa itu terkenal dengan peristiwa Dewan Rakyat pimpinan ce Mamat. 

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya