Sjahrir dikenal karena kegemarannya berkelana. Ia tidak menyerah pada ancaman rimba Papua. Bahkan, masa penahanannya pada masa rezim Soekarno jauh lebih berat daripada masa penjajahan Belanda.
Tekanan hidup selama masa penahanannya juga memuncak dalam pikirannya. Pada 22 Februari 1965, Sjahrir terserang stroke.
(Qur'anul Hidayat)