JAKARTA - Kamal Muara memiliki sejarah dan asal-usul menarik tersembunyi sebelum kini dikenal sebagai kampung nelayan di tengah hiruk pikuk kota Jakarta yang cukup terkenal.
Kamal Muara merupakan sebuah kelurahan yang menjadi bagian dari Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, memiliki nuansa warna warni yang menghiasi dinding dan atap rumah penduduknya. Memiliki nama yang eksotis, tersimpan kisah latar belakang menarik dari Kamal Muara.
Mari kita telusuri sejarah dan asal usul Kamal Muara, mulai dari kedatangan suku Bugis di masa lalu dan perpaduan budaya yang tidak terlupakan hingga menjadi wilayah ramai penduduk.
Kisah sejarah dan asal usul Kamal Muara berasal dari sebuah keadaan lingkungan wilayah tersebut, yaitu sebuah sungai yang bermuara menuju ke Laut Jawa. Sebagai wilayah dengan muara sungai yang indah, itulah yang menjadi alasan dinamakannya Kamal Muara.
Sekitar tahun 1960-an, Kamal Muara merupakan pantai dengan hutan bakau lebat yang menghiasinya. Kawasan tersebut menjadi pelabuhan ikan yang ramai bagi warga Jakarta Utara. Namun, aktivitas pelabuhan tersebut semakin sepi setelah dikembangkannya pelabuhan ikan Muara Angke pada tahun 1977.
Memasuki tahun 1970-an, wilayah Kamal Muara mulai kedatangan banyak perantau dari Sulawesi Selatan, terutama Suku Bugis, yang menetap di kawasan pesisir Teluk Jakarta.
Para perantau Suku Bugis kemudian mulai membentuk perkampungan padat penduduk dengan membuka lahan bakau di sekitar pantai. Mereka turut membawa tradisi suku Bugis yaitu membangun rumah panggung dan menangkap ikan, menyesuaikan dengan kondisi wilayah geografis.