PELANTIKAN Mahapatih Majapahit Gajah Mada berdampak panjang karena Sumpah Palapa-nya. Ucapan sumpah itu memang disampaikan saat Gajah Mada berpidato perdana di hadapan para pejabat istana Kerajaan Majapahit.
Sumpah itu memang menjadi pergunjingan di internal istana Majapahit yang membuat internal istana memanas. Alhasil Gajah Mada pun terpaksa dipanggil oleh Gayatri ibu dari Tribhuwana Tunggadewi. Perdebatan sempat terjadi antara Gayatri dan Gajah Mada yang masih memilih pada pendiriannya.
Gayatri pun lantas menghargai pendapat Gajah Mada dan mendukung langkah Gajah Mada menyatukan nusantara melalui sumpahnya. Gayatri yang merupakan istri pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya itu akhirnya setuju dengan ucapan sumpah Gajah Mada, usai perdebatan panjang.
Earl Drake pada bukunya "Gayatri Rajapatni : Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit" menyebut, Gayatri menyampaikan persyaratan khusus kepada Gajah Mada. Syaratnya yakni mengusulkan tiga tahap untuk menyukseskan gagasan Gajah Mada.
Tahap pertama adalah menggiring tetangga - tetangga terdekat agar mau masuk ke dalam kendali langsung Majapahit, untuk menjaga kedaulatannya. Wilayah yang disebut Negara Agung ini, akan meliputi seluruh negeri di Jawa, Madura, dan Bali.
Gayatri berujar mudah - mudahan mereka mau bergabung dengan konfederasi atas kehendak sendiri, meski kekerasan akan digunakan seandainya diperlukan. Hal ini dikatakan Gayatri, agar mengakomodir ide gagasan Gajah Mada yang dilantik menjadi mahapatih Majapahit.
Tahap kedua dari permintaan Gayatri melibatkan wilayah Mancanegara. Kelompok wilayah ini meliputi negeri-negeri tetangga di kuat Negara Agung, tempat pengaruh budaya dan sistem pemerintahan Majapahit tidak terlalu besar, yaitu Sunda, kerajaan - kerajaan kecil di Jawa Tengah, Lombok, Sumatera Utara, dan Selatan.
Majapahit akan memberikan tawaran yang memikat agar negeri-negeri dalam kelompok ini mau bergabung. Hal ini membuat agresi militer dikatakan Gayatri tak perlu dibutuhkan, terpenting bagaimana diplomasi dan negosiasi yang cerdas.
Di tahap terakhir ketiga, Gayatri mengusulkan keterlibatan negeri - negeri di kawasan Nusantara yang jauh dan hanya memiliki sedikit kesamaan dengan budaya Jawa seperti, Maluku, Kalimantan, Sulawesi, Tumasek, dan Pahang di Semenanjung Melayu. Para penguasa lokal akan diajak untuk menerima Majapahit alih-alih Kaisar Cina atau monarki jauh lainnya, sebagai penguasa feodal tertinggi.
Doktrin Majapahit raya ini tidak menekankan penaklukan militer melainkan harus dibaca sebagai undangan kepada negeri-negeri tetangga dan kerabat untuk bergabung ke dalam keramahan tanah air Jawa, yang angkatan lautnya akan diperluas untuk memberikan perlindungan dari musuh - musuh dari jauh, serta memudahkan urusan - urusan dagang di antara negeri-negeri yang saling bertetangga.
Walaupun sedikit tak sepakat, Gajah Mada yang keras, kuat, dan mengutamakan aksi itu pun akhirnya menyepakati rencana Gayatri yang dilihatnya kurang agresif. Satu-satunya keberatan Gajah Mada adalah keputusan untuk memangkas penggunaan kekerasan dalam mengajak Sunda untuk bergabung ke Majapahit.
(Awaludin)