LONDON - United Airlines mengatakan baut yang kendor ditemukan selama inspeksi Boeing 737 Max 9.
Inspeksi dimulai setelah bagian badan pesawat jatuh dari Alaska Airlines 737 Max 9 pada Jumat (5/1/2024).
United Airlines mengatakan masalah pemasangan yang berkaitan dengan penutup pintu akan diperbaiki sebelum jenis pesawat tersebut kembali beroperasi.
Sekitar 171 pesawat dengan jenis yang sama masih dilarang terbang oleh regulator AS.
"Sejak kami memulai inspeksi awal pada Sabtu (6/1/2024), kami telah menemukan kejadian yang tampaknya berkaitan dengan masalah pemasangan pada penutup pintu, misalnya, baut yang memerlukan pengencangan tambahan,” terang United dalam pernyataannya.
Steker pintu adalah bagian dari badan pesawat dengan jendela yang dapat digunakan sebagai pintu keluar darurat dalam konfigurasi tertentu.
Bagian dari pesawat Alaska Airlines inilah yang jatuh secara dramatis di tengah penerbangan di atas negara bagian Oregon, AS, dan akhirnya mendarat di halaman belakang rumah seorang guru.
Pesawat melakukan pendaratan darurat dan tidak ada penumpang yang terluka.
Sebagian besar Boeing 737 Max 9 yang digunakan di AS dioperasikan oleh United Airlines dan Alask. Sedangkan Turkish Airlines, Copa Airlines milik Panama, dan Aeromexico juga telah melarang terbang jet dengan model yang sama untuk pemeriksaan.
United mengatakan pihaknya telah membatalkan 200 penerbangan pada Senin (8/1/2024) dan memperkirakan akan ada pembatalan yang signifikan pada Selasa (9/1/2024).
“Kami telah mampu mengoperasikan beberapa penerbangan yang direncanakan dengan beralih ke jenis pesawat lain, menghindari sekitar 30 pembatalan masing-masing pada Senin (8/1/2024) dan Selasa (9/1/2024),” lanjut pernyataan itu.
Sementara itu pada Senin (8/1/2024), Federal Aviation Administration (FAA), yang mengatur perjalanan udara di AS, menyatakan telah memberikan daftar periksa yang harus dipatuhi oleh operator selama inspeksi.
Dalam sebuah pernyataan, FAA mengatakan semua pesawat 737 Max 9 akan tetap dilarang terbang sampai operator menyelesaikan pemeriksaan lanjutan yang mencakup penutup pintu keluar kabin kiri dan kanan, komponen pintu, dan pengencang.
“Operator juga harus menyelesaikan persyaratan tindakan perbaikan berdasarkan temuan dari inspeksi sebelum menerbangkan pesawat kembali ke layanan,” tambah pernyataan itu.
Menurut data pelacakan penerbangan, Penerbangan 1282 mencapai ketinggian 16.000 kaki (4,8 km) ketika mulai turun darurat pada Jumat (5/1/2024) malam.
Gambar yang dibagikan secara online dan kemudian oleh penyelidik, menunjukkan lubang lebar di sisi pesawat, dengan masker oksigen tergantung di langit-langit.
Para penumpang yang dikutip oleh surat kabar The Oregonian mengatakan bahwa seorang anak laki-laki yang duduk di dekat area yang terkena dampak, bajunya robek karena kekuatan dekompresi.
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), yang memimpin penyelidikan atas insiden tersebut, mengatakan pilot telah melaporkan lampu peringatan tekanan udara pada tiga penerbangan sebelumnya yang dilakukan oleh Alaska Airlines Max 9 yang terlibat dalam insiden tersebut.
Kepala NTSB Jennifer Homendy mengatakan jet tersebut telah dilarang melakukan penerbangan jarak jauh di atas air sehingga pesawat dapat segera kembali ke bandara jika peringatan tersebut terjadi lagi.
Tidak jelas apakah ada hubungan antara isu yang menyebabkan peringatan tersebut dan isu yang menyebabkan ledakan pada 5 Januari lalu.
“Sementara kami menunggu kriteria inspeksi arahan kelaikudaraan (AD) dari FAA dan Boeing, tim pemeliharaan kami siap dan siap untuk melakukan inspeksi yang diperlukan pada penutup pintu keluar tengah pada 737-9 kami. Armada maksimal,” terang Alaska Airlines dalam pernyataan terbarunya.
“Penghentian penerbangan 737-9 Max berdampak signifikan terhadap operasi kami. Kami telah membatalkan 170 penerbangan pada Minggu (6/1/2024) dan 60 pembatalan pada Senin (7/1/2024), dan diperkirakan akan terjadi lebih banyak lagi,” lanjutnya.
Sementara itu, Boeing mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kKeselamatan adalah prioritas utama dan pihaknya sangat menyesali dampak peristiwa ini terhadap pelanggan dan penumpang.
737 Max milik perusahaan telah digambarkan sebagai "pesawat angkut yang paling banyak diteliti dalam sejarah" setelah serangkaian masalah keselamatan.
Pada akhir 2018 dan awal 2019, dua pesawatnya hilang dalam insiden yang hampir sama, di lepas pantai Indonesia dan di luar ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.
Sebanyak 346 orang tewas. Kedua kecelakaan tersebut disebabkan oleh perangkat lunak kontrol penerbangan yang cacat, yang pada akhirnya memaksa pesawat-pesawat tersebut melakukan penyelaman yang sangat dahsyat, meskipun pilot telah berupaya sebaik-baiknya.
(Susi Susanti)