JAKARTA - Kisah heroik Jenderal Besar Soedirman yang gigih melawan Belanda dengan hanya satu paru-paru dan mengidap tuberkulosis bukanlah sekadar dongeng.
Dilansir dari berbagai sumber, pahlawan nasional kelahiran Rembang, Purbalingga, pada 24 Januari 1916 ini benar-benar memperlihatkan semangat patriotisme yang luar biasa.
Dilahirkan dalam keluarga sederhana, Jenderal Soedirman pertama kali terlibat dalam dunia militer saat ditunjuk sebagai kader Pembela Tanah Air (PETA). Setelah PETA dibubarkan pada 18 Agustus 1945, Soedirman mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian berkembang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Meski hidup dengan hanya satu paru-paru dan mengidap tuberkulosis, Soedirman berhasil memenangkan berbagai pertempuran, termasuk di Pertempuran Ambarawa pada 15 Desember 1945 melawan pasukan Inggris.
Semangat heroiknya tidak pernah luntur, bahkan ketika ia harus berurusan dengan penyakit serius dan terbatasnya fungsi pernapasan. Hal ini terlihat saat Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda II pada Desember 1946.
Berita akan serangan Belanda di Yogyakarta, yang saat itu menjadi Ibukota RI, sampai kepada Soedirman. Meski dalam kondisi sakit, sang jenderal pergi ke istana untuk menerima perintah dari Presiden Soekarno.
Namun, Presiden Soekarno menyarankan agar Soedirman kembali pulang dan beristirahat mengingat kondisi kesehatannya. Namun, sang jenderal tidak mengindahkan saran tersebut dan memilih untuk melanjutkan perjuangan bersama pasukannya.
“Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah, dan saya akan meneruskan perjuangan gerilya dengan sekuat tenaga bersama seluruh prajurit,” ucap Jenderal Soedirman seperti dikutip.