3 Alasan Umat Muslim di India Mendapat Banyak Diskriminasi

Maria Regina Sekar Arum, Jurnalis
Kamis 01 Februari 2024 18:28 WIB
3 alasan umat Islam di India mendapat banyak diskriminasi (Foto: Reuters)
Share :

INDIA - Sekitar dua ratus juta umat Islam tinggal di India, salah satu populasi terbesar di dunia, namun merupakan minoritas di negara yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.

Mengutip Council Foreign Relations, sejak kemerdekaan India, umat Islam telah menghadapi diskriminasi sistematis, prasangka dan kekerasan meskipun ada perlindungan konstitusi.

Sentimen anti-Muslim tumbuh di bawah pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi dan Partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpinnya.

Sejak terpilihnya kembali Modi pada tahun 2014, pada tahun 2019 pemerintah menjalankan kebijakan kontroversial yang menurut para kritikus secara terang-terangan mengabaikan hak-hak umat Islam dan bertujuan untuk menggusur jutaan umat Islam.

Di bawah pemerintahan Modi, kekerasan terhadap umat Islam menjadi lebih umum. Tindakan tersebut memicu protes di India dan kecaman internasional.

Lalu, mengapa umat Muslim di India mendapat banyak diskriminasi? Berikut 3 alasan umat muslim di India mendapat banyak diskriminasi melansir The Wire.in.

1. Stratifikasi yang jelas

Muslim India dikelompokkan menjadi tiga kasta utama. Di puncak piramida adalah Ashraf (secara harfiah berarti ‘bangsawan’, yang menelusuri nenek moyang mereka hingga penduduk semenanjung Arab atau Asia Tengah atau berpindah agama dari kasta atas Hindu), Ajlaf (secara harfiah berarti 'rakyat jelata', yang merupakan dikatakan berpindah agama dari kasta rendah Hindu) dan Arzal (secara harfiah berarti 'tercela', yang dikatakan sebagai penganut Dalit).

Singkatnya, Ashraf adalah setara dengan Brahmana, Ajlaf adalah setara dengan Waisya dan Sudra, dan Arzal adalah setara dengan Atishudra atau Dalit dalam Islam. Slogan lama gerakan Bahujan ' Dalit-pichda eksaman, Hindu ho ya Musalman' dibenarkan oleh laporan-laporan ini.

2. Bukan hanya masalah umat Hindu saja

Kebanyakan orang India hanya memahami kasta sebagai masalah umat Hindu. Sebuah novel yang sangat terkenal karya Ahmed Ali mengenai Purani Dilli (Delhi Lama), realitas Brahmanisme dalam Islam (disebut sebagai 'Syedisme' dalam konteks Islam) diungkapkan dengan sangat jelas dari batu bata.

Salah satu tokoh utama, Asghar jatuh cinta pada Bilqeece, seorang gadis dari kasta yang lebih rendah. Ayah Asghar, Mir Nihal, yang mengaku sebagai Ashrafi (kasta yang lebih tinggi), dengan tegas memperingatkannya untuk tidak memikirkan pernikahan dengan gadis dari kasta yang lebih rendah karena itu bertentangan dengan martabat sosial mereka.

3. Mabuk kolonial

Sensus India (1901) secara resmi mengakui stratifikasi Muslim dikalangan umat Islam dengan mencantumkan 133 sosial yang seluruhnya atau sebagian beragama Islam. Berdasarkan sensus tahun 1991, terdapat sekitar 102 kelompok kasta di kalangan Muslim di Uttar Pradesh, dimana setidaknya 97 diantaranya berasal dari kategori non-Ashraf.

Terbebas dari penindasan Inggris, legislator India mengkristalkan konsep ‘kasta terjadwal’ melalui Perintah Konstitusi (Kasta Terjadwal) No. 19 tahun 1950 (selanjutnya disebut Orde 1950). Penting untuk dicatat bahwa baik Ordo 1936 (secara laten) maupun Ordo 1950 (secara terang-terangan) membuat asumsi bahwa kasta hanya berlaku bagi umat Hindu.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya