JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) mengajak umat Islam agar menghormati perbedaan awal bulan Ramadhan 1445H. Hal ini sebagai respons atas viralnya sekelompok masyarakat di Padukuhan Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta yang melaksanakan sholat tarawih pertama pada Rabu (6/3/2024) malam.
"Gunung kidul, 7 Maret sudah teraweh berarti mau lebaran lebih awal. Ini adalah sebuah keyakinan yang harus saling menghormati," kata Kasubdit Hisab Rukyat dan Pembinaan Syariah Kemenag, Ismail Fahmi di kantor BRIN, Jakarta Pusat, Jumat (8/3/2024).
Walaupun ada perbedaan, Kemenag terus menerus mencari solusi agar meniminalisir konflik jika terjadi adanya perbedaan. Mulai dari melakukan pendekatan dengan berdialog antar ormas hingga menggunakan aturan MABIMS yang diharapkan dapat menganggabungkan metode hisab dan rukyat.
"Upaya penyatuan? Kita berharap, tapi hasilnya berserah diri kepada Allah dari hari ke hati, selalu melakukan dialog baik ke ormasnya, sudah kita lakukan memang istilahnya adanya keberagaman sebuah keniscayaan," ucapnya.
Namun jika ada perbedaan, maka hal tersebut kata Ismail merupakan sebuah keniscayaan. Maka seharusnya umat Islam wajib menghormati satu sama lain.
"Kemenag untuk bisa selalu mengupayakan bahwa kalau kita bersama, kalau tidak bisa menjaga kedamaian. Sudah saling menghargai dan menghormati jangan ribut-ribut sehingga malah justru berantem,"ujar dia.
Senada dengan, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Astronomi, Prof Thomas Djamaludin yang mengatakan bahwa hasil kesepakatan Menteri Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) digunakan pemerintah untuk mencari titik temu dalam perbedaan.
"Setidaknya dengan metode mainstream, hisab rukyat terus menerus diupayakan agar ada titik penuh, kriteria MABIMS sebenarnya titik temu antara metode rukyat dan hisab. Tata rukyat dipakai dicari kriteria untuk bisa dijadikan kriteria hisab itu titik temu yang sudah kita peroleh," katanya.
Namun jika ada beberapa ormas yang tidak ingin mengikuti ketetapan tersebut, maka tetap harus dihargai. Akan tetapi, pemerintah, kata Thomas terus melakukan pendekatan ke semua pihak aga umat mendapatkan keseragaman, ketentraman dalam mengawali ibadah puasa dan saat mengakhirinya.
"Ada kemudian kelompok yang tidak mau ikut pada titik temu itu kita hargai juga. Kalau ada perbedaan itu," pungkasnya.
(Awaludin)