Kisah Heroik Pemuda Dayak yang Ditakuti Belanda di Palagan Perang

Fahmi Firdaus , Jurnalis
Senin 15 April 2024 07:01 WIB
Pejuang Kemerdekaan Ali Anyang/ist
Share :

JAKARTA- Putra Indonesia asal Kalimantan Barat Ali Anyang sangat ditakuti penjajah Belanda. Bahkan militer Belanda mengumumkan sayembara: siapapun yang berhasil menangkap Ali Anyang, hidup atau mati, akan diberikan imbalan uang sebesar 25.000 Gulden.

Namun siapa sangka, dikutip dari lama Indonesia.go.id, sosok pejuang yang mengerikan bagi Belanda, pantang menyerah dan berani, awalnya bukanlah tentara. Justru berprofesi sebagai perawat. Ali Anyang adalah putra asli keturunan suku Dayak, Kalimantan Barat.

Nama kecilnya: Anjang (dibaca Anyang). Sejak usia 8 tahun, Anjang telah diadopsi oleh keluarga bangsawan asal Jawa yang bermukim di Kalimantan Barat, yaitu Raden Mas Suadi Djoyomihardjo.

Keluarga angkat Anjang adalah pemeluk Islam yang taat. Anjang ketika diadopsi masih beragama non-muslim. Setelah itu barulah Anjang berpindah agama menjadi Islam dan menambahkan nama baru Mohammad Ali Anjang (Anyang).

Ali Anyang lahir di Sintang, Kalimantan Barat, 20 Oktober 1920. Tempat kelahirannya memang menjadi pemukiman mayoritas suku Dayak, di Desa Nanga Manantak. Ali Anyang lahir dari pasangan Lakak yang merupakan ayahnya dan Liang adalah ibunya.

Diadopsi oleh keluarga bangsawan membuat Ali Anyang menempuh sekolah bergengsi di Pontianak, Kalimantan Barat. Sekolah Ali Anyang hanya khusus untuk anak-anak dari keluarga bangsawan, pejabat dan juga pemerintah kolonial Belanda. Meskipun Ali Anyang adalah anak angkat, namun keluarga Raden Mas Suadi Djoyomihardjo amat menyayanginya.

Begitu memasuki usia remaja atau masa pendidikan menengah atas, Ali Anyang bercita-cita ingin menjadi penolong medis. Ali Anyang yang telah beranjak remaja memiliki kepedulian sosial tinggi. Dirinya suka membantu orang yang mengalami sakit dan sulit mendapatkan pertolongan medis. Lantas, Ali Anyang menyampaikan keinginannya itu ke ayah angkatnya. Bercita-cita menjadi penolong medis.

Cita-cita Ali Anyang disambut positif oleh Raden Mas Suadi Djoyomihardjo. Ali Anyang kemudian disekolahkan ayah angkatnya ke Sekolah Juru Rawat Medis di Semarang, Jawa Tengah. Sekolah Ali Anyang di Semarang adalah tempat pendidikan bergengsi. Tetap hanya anak bangsawan dan pemerintah Belanda yang boleh belajar di situ.

Setelah lulus Sekolah Juru Rawat dan resmi menjadi perawat medis, Ali Anyang sempat bekerja di Rumah Sakit Umum Semarang dan Rumah Sakit Umum Sui Jawi, Pontianak.

Namun ketika masa bekerja sebagai perawat medis di Pontianak inilah semangat pergolakan Ali Anyang untuk melawan kolonialis Belanda muncul.

Ali Anyang terlibat aktif dalam pembentukan Panitia Penyongsong Republik Indonesia (PPRI). Organisasi yang didirikan oleh para pemuda di seluruh Tanah Air untuk menyambut dan menjaga kemerdekaan Republik Indonesia. Sedangkan Ali Anyang tercatat sebagai pembentuk dan pengurus PPRI Pontianak.

(Fahmi Firdaus )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya