Larantuka, Kerajaan Kristen Katolik Pertama di Nusantara yang Sempat Dikuasai Majapahit

Avirista Midaada, Jurnalis
Minggu 26 Mei 2024 05:54 WIB
Kerajaan Majapahit. (Foto: Ist/Wikipedia)
Share :

KERAJAAN Larantuka merupakan sebuah kerajaan yang ada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, yang sempat menjadi bawahan Majapahit. Kerajaan ini menjadi kerajaan besar di masanya di wilayah Pulau Flores.

Bahkan secara Kakawin Negarakretagama pernah mendeskripsikan, bagaimana wilayah kekuasaan Kerajaan Larantuka menjadi penghasil rempah-rempah. Larantuka digambarkan sebagai Galiyao yang dikatakan merupakan penghasil utama kayu cendana dan berbagai rempah-rempah lainnya.

Tak heran bila kekayaan alam yang dimiliki membuat wilayah Kerajaan Larantuka, menjadi daerah tujuan bangsa Eropa mencari sumber daya rempah-rempah, salah satu yang tiba di sini adalah Portugis. Bahkan hubungan baik Kerajaan Larantuka dengan Portugis sudah terjalin sejak abad 16.

 BACA JUGA:

Namun tak cuma Portugis saja yang menjalin hubungan dengan Kerajaan Larantuka, beberapa kerajaan lain tak ketinggalan menjalin hubungan dengan Larantuka.

Sebagaimana digambarkan pada Kakawin Negarakretagama yang dikutip dari "Tafsir Sejarah Negarakretagama", pengaruh Majapahit sempat membuat ajaran Hindu berkembang di Kerajaan Larantuka, sebelum akhirnya menjelma menjadi kerajaan Kristen - Katolik pertama di nusantara kala itu. Diolah dari berbagai sumber, ada perbedaan mendasar antara Larantuka dengan mayoritas kerajaan lain di Nusantara.

Jika alur riwayat kerajaan lainnya, termasuk beberapa kerajaan di kawasan Timor, pernah memasuki fase Islam –agama yang dibawa oleh orang-orang dari Arab, Timur-Tengah, juga India atau bahkan Cina– Larantuka nyaris tidak mengalami tahap tersebut.

Dari kerajaan lokal, kemudian sempat menganut Hindu, karena pengaruh Majapahit, Larantuka setelah itu justru menjadi kerajaan Kristen Katolik pertama di Nusantara, bahkan mungkin satu-satunya. Hal ini dipengaruhi bangsa Portugis yang membawa ajaran agama itu ke Larantuka pada abad ke-16.

Sebelum tahun 1600, pedagang Portugis meninggalkan Solor dan menetap di Larantuka. Para pedagang terlibat dalam konflik dengan Dominikan di Solor, karena mereka lebih tertarik dalam perdagangan daripada kristenisasi.

Semula, Portugis hanya singgah ke Larantuka untuk transit dalam pelayaran dari Malaka menuju pusat rempah-rempah di Maluku. Ternyata, di Larantuka banyak terdapat komoditi yang laku dijual di Eropa, salah satunya adalah cendana.

BACA JUGA:

Kerajaan Palembang Sepeninggal Majapahit dan Hilangnya Bangunan Keraton Kuto Gawang 

Maka, kemudian Portugis membangun koloni di kawasan ini, sekaligus untuk menyebarkan agama Katolik. Alhasil antara Kerajaan Larantuka dengan Portugis memiliki hubungan baik di antara keduanya. Kedudukan Larantuka kian kuat ketika Solor diduduki Belanda pada tahun 1613.

Alhasil para pedagang itu berpindah ke Larantuka dan menjadikan Larantuka stasiun internal untuk perdagangan kayu cendana dari Timor dan dijadikan pusat perdagangan Portugis di wilayah Indonesia anggota tenggara. Larantuka bahkan dijadikan tempat pengungsian untuk desertir dari Dutch East India Company (VOC).

Interaksi dengan Portugis membuat Kerajaan Larantuka juga dipengaruhi secara agama. Agama Katolik kian masif berkembang di Larantuka. Alhasil dari catatan sejarah pada tahun 1606, jumlah umat Katolik di kepulauan itu sudah mencapai 50 ribu orang. Tidak sulit bagi Portugis untuk mengambil hati orang-orang Larantuka, termasuk para pembesar kerajaannya.

Raja-raja yang memerintah di Larantuka pun menyandang gelar bernuansa Portugis. Mereka dibaptis menggunakan nama Katolik dan memakai marga Diaz Viera de Godinho (DVG) beserta gelar Don, di samping gelar atau nama asli. Raja Katolik-Portugis pertama di Larantuka adalah Ola Adobala bergelar Don Francisco DVG.

Selama bertahun-tahun Kerajaan Larantuka menjadi salah satu pusat perdagangan kayu cendana yang dicari bangsa-bangsa Eropa. Namun lambat laun sumber daya alam itu akhirnya tercium oleh Belanda. Hal ini membuat Belanda bertekad menguasai Larantuka.

Salah satu hal yang membuat Belanda berambisi menguasai Larantuka karena faktor kayu cendana yang melimpah di wilayah kekuasaan Kerajaan Larantuka. Hal inilah yang membuat Belanda menyerang Portugis dan tak butuh waktu lama, Portugis pun takluk dari Belanda.

Seketika itu pula Larantuka jatuh ke tangan Belanda. Namun, kehadiran Belanda merusak segalanya. Belanda yang berambisi merebut dominasi perdagangan kayu cendana menyerang Portugis. Di sisi lain, Belanda justru semakin berpengaruh di kawasan Timor bagian barat.

Belanda dengan posisi yang menguat mulai melakukan penaklukan menuju timur. Ende dikuasai pada 1838, dan setahun berikutnya, giliran Larantuka yang diserang. Saat itu, Belanda telah beralih-rupa dari VOC menjadi pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Jatuhnya Larantuka ke tangan Belanda juga membuat status kerajaan pun dihapus. Riwayat Larantuka sebagai kerajaan pun tamat, berganti menjadi wilayah koloni Hindia Belanda.

Semasa Belanda menyerah dari Jepang pada tahun 1942, membuat Larantuka akhirnya menjadi wilayah kekuasaan Jepang. ketika Jepang kalah dari bangsa Indonesia menjadikan Larantuka yang tidak lagi berstatuskan kerajaan memutuskan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan pusat pemerintahan di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

(Qur'anul Hidayat)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya