JAKARTA - 'Piye kabare enak jamanku toh', demikian kata-kata dan gambar Pak Harto di belakang kendaraan truk di berbagai daerah. Tak sedikit warga Indonesia saat ini yang merindukan zamannya Presiden kedua Soeharto.
Putra petani kelahiran Desa Kemusuk, Bantul, Yogyakarta pada 8 Juni 1921 yang menetaskan kariernya di jalur militer hingga jadi Presiden kedua RI. Selama hidupnya Pak Harto juga dikenal dengan the smiling general karena senyumnya itu.
Enak zamannya karena kata banyak orang, di zaman Pak Harto sembako murah. Situasi keamanan kondusif minus aksi-aksi keji teroris. Ormas-ormas nakal dan bikin resah juga belum bertelur di Era Orde Baru.
Semua kekuasaan ada di tangan Pak Harto. Di era Orde Baru itu jugalah bangsa Indonesia berhasil swasembada beras.
Di puncak kejayaannya pada 1984, swasembada beras Indonesia banjir pujian masyarakat dunia, hingga Presiden Soeharto mendapat kesempatan berpidato pada peringatan FAO (Food and Agriculture Organization).
Peringatan FAO atau Badan Pangan dan Pertanian yang berada di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-40 di Kota Roma, Italia pada 14 November 1985. Pidato kehormatan dari sebuah negara berkembang yang mampu memproduksi beras 25,8 juta ton per tahun dan mengimpor 2 juta ton beras per tahunnya.
Pada kesempatan itu, Pak Harto mengonfirmasi rasa simpatinya. Bahwa negara dengan beras berlimpah seperti Indonesia, sudah sepatutnya turut mengulurkan tangan untuk negara-negara di Afrika yang dilanda bencana pangan, seperti Sudan dan Ethiopia.
Sebagaimana dikutip otobiografi ‘Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya’, Soeharto mengaku diminta para petani Indonesia untuk menyalurkan 100 ribu ton gabah (bulir beras) melalui FAO.
“Jika pembangunan di bidang pangan ini dinilai berhasil, itu merupakan kerja raksasa dari seluruh bangsa Indonesia,” ungkap Soeharto dengan bangganya dalam pidato peringatan 40 tahun FAO di Roma.
“...Ini (bantuan 100 ribu ton beras) merupakan kejadian untuk pertama kalinya. Dunia menyaksikan bantuan antar-petani,” tandasnya.
Dua tahun berselang, Dirjen FAO Edouard Saouma, kembali menyampaikan apresiasinya lewat sebuah penghargaan medali. Medali emas bergambar wajah Pak Harto di satu sisi dan yang lainnya gambar seorang petani diukir tulisan ‘From Rice Importer to Self-Sufficiency’.
(Fakhrizal Fakhri )