YON Artiono Arba’i adalah sosok pemuda yang berperan penting dalam evakuasi jenazah Soe Hok Gie dan Idhan Lubis. Yon merupakan personel tim resque TMS-7 Indonesia yang juga bertugas di Kejaksaan Agung (Kejagung) RI.
Kala itu 16 September 1969, aktivis mahasiswa Soe Hok Gie dan anggota Mapala UI Idhan Lubis meninggal di bekapan Gunung Semeru. Diceritakan dalam buku Soe Hok-Gie, setelah mendapat kabar lewat telepon dari Dandim Malang Letkol inf Suwandi, tentang meninggalnya Soe Hok Gie dan Idhan Lubis, Yon Artiono Arba’i bersama pentolan Mapala UI Aristides Kattoppo, langsung bergerak cepat.
Aristides Kattoppo sendiri, saat tragedi Semeru, menjadi anggota tim pendakian Mapala UI Gunung Semeru yang paling senior di antara Herman Lantang, Soe Hok Gie, Anton Wijana (Wiwiek), Abdurachman (Maman),Rudy Badil, Freddy Lasut, dan Idhan Lubis.
Aristides Katoppodan Wiwiek menjadi tim pendahulu yang melaporkan musibah Gunung Semeru. Bersama Aristides Katoppo, Yon Artionoyang saat itu tengah berada di Malang, menuju ke Landasan Udara Abdurrachman Saleh untuk membicarakan soal operasional helikopter TNI AL untuk misi SAR Tim Semeru UI.
Tides, panggilan akrab Aristides Katoppo, sempat meminta helikopter Mi-4 milik TNI AL tersebut mendarat dan parkir di Alun-Alun Besar Kota Malang. Lalu, Tides dan Yon pergi naik helikopter yang sama, dari Malang ke arah Tumpang dan Gubuk Klakah, kemudian menyusuri Kali Kamprong dan Gunung Ayek-Ayek.
Tides, Yon, pilot danco-pilot helikopter terbang di area Gunung Semeru sebelum akhirnya kembali ke pangkalan udara lantaran gagal mendarat di titik rescue, lokasi jenazah Soe Hok-Gie dan Idhan Lubis, yang meninggal di Gunung Semeru.
Di Malang, arek-arek dari Klab TMS-7, IPKAb Indrakilla, Young Pioneer juga terlibat sebagai tenaga volunteer untuk evakuasi jenazah Soe Hok Gie dan Idhan Lubis, hingga akhirnya berhasil diturunkan dari gunung berketinggian 3.676 Mdpl tersebut.
Usai operasi SAR tersebut, Yon yang kala itu bekerja di Kejaksaan Agung RI, meyakini meninggalnya Soe Hok-Gie dan Idhan Lubis lebih disebabkan keduanya terserang acute mountain sickness (AMS).
AMS adalah kelainan neurologis yang biasanya menyerang pendaki gunung yang berada di ketinggian akibat hipoksia kronis pada tekanan parsial oksigen rendah. Walaupun seringkali bersifat self-limiting, AMS dapat menyebabkan edema pulmonal dan serebral yang dapat bersifat fatal.
“Jadi bukan karena menghirup gas beracun Gunung Semeru. Kalau gas beracun kan menyebar, bisa kena semua anggota tim Mapala UI yang mendaki,” kata Yon Artiono Arba’i, dalam kesempatan bincang santai di Jakarta.