“Saat ini kasus penyakit tidak menular sudah mendominasi di Indonesia, maka gerakan pola hidup dan pola makan sehat harus menjadi gerakan nasional," jelas Rahmad.
Menurut Data dari Institute for Health Metrics and Evaluation menyebutkan Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia pada 2019 yaitu sekitar 57,42 persen kematian per 100.000 penduduk. Dan menurut International Diabetes Federation (IDF), Indonesia menduduki peringkat kelima negara dengan jumlah diabetes terbanyak dengan 19,5 juta penderita di tahun 2021 dan diprediksi akan menjadi 28,6 juta pada 2045.
Oleh karena itu, Rahmad mengimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, termasuk pola makan yang dapat mengurangi potensi penyakit diabetes.
“Ini demi menghindarkan penyakit tidak menular yang penyebab utamanya salah satunya adalah diabetes,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rahmad mengajak seluruh pihak, mulai dari Pemerintah, industri farmasi, tenaga kesehatan, dan masyarakat, untuk bersinergi dalam mengoptimalkan pemanfaatan insulin lokal dengan kualitas terbaik dan memperkuat upaya preventif dalam menghadapi ancaman diabetes.
Data dari Riskesdas Indonesia 2018 juga mendapati tingkat konsumsi makanan dan minuman manis masih sangat tinggi, masing-masing mencapai 87,9% dan 91,49%. Padahal, anjuran konsumsi gula per hari menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 hanya 10% dari total energi (200kkal) per orang. Konsumsi tersebut setara dengan gula 4 sendok makan per orang per hari atau 50 gram per orang per hari.
"Mari kita terus memperkuat sistem kesehatan nasional kita. Kita harus bergerak bersama untuk menciptakan Indonesia yang lebih sehat dan mandiri dalam menyediakan layanan kesehatan berkualitas bagi seluruh rakyatnya," tutup Rahmad.
(Qur'anul Hidayat)