JAKARTA - Kertanagara Raja Singasari terakhir konon tewas dalam penyerangan yang dilakukan oleh Jayakatwang. Saat itu Kertanagara tewas saat melakukan ritual tantra dengan meminum minuman keras (miras), hingga konon berpesta dengan perempuan di akhir hayatnya.
Ritual tantra yang dianut oleh Kertanagara konon diidentikkan dengan ritual tantra kiri. Sebab ada dua tantra yang dikenal yakni tantra kanan dan kiri. Apa yang dilakukan oleh Kertanagara di istana Singasari dan disaksikan para pendeta Śiwa-Buddha. Kiranya itu terkait upacara memuja Bhairawa yang dilakukan para penganut Tantrayāna.
Ada dua jalur besar dalam mistisme tantra, yakni Tantra Kiri (pangiwan) dan Tantra Kanan (paněngěn). Dua jalur ini sama-sama mampu mengantarkan manusia menuju jalan pembebasan atau kemanunggalan, yaitu mencapai tingkatan tertinggi yang disebut nirguņa-tantra, suatu keadaan di mana tidak ada lagi identitas individual dan semuanya lebur dalam Kesadaran Semesta yang sunya atau suwung.
Dikutip dari buku "Pararaton : Biografi Para Raja Singhasari dan Majapahit", jallur pertama Tantra Kiri, sering dianggap sesat oleh sebagian orang karena praktek - praktek ritualnya yang lebih erotis, dan berusaha menaklukkan hal-hal sensual dengan cara radikal.
Cara-cara demikian bertujuan untuk mencapai kemanunggalan dengan lebih dulu menaklukkan rasa takut dalam diri. Oleh karena itu, praktik Tantra Kiri sering pula berhubungan dengan hal-hal yang menyeramkan, misalnya ritual dilaksanakan di kuburan.