Menurut RK, ERP bukan sekadar upaya membatasi mobilitas, melainkan langkah untuk memastikan jalan digunakan secara optimal demi kepentingan masyarakat luas.
"Maka, setiap orang yang ingin masuk ke jalan-jalan kota harus membayar lebih. Maka ERP menjadi penting. Sebuah teknologi ala jalan tol yang bisa diterapkan di Jakarta," ucapnya.
Langkah keempat, adalah menempatkan manusia sebagai prioritas utama dalam pembangunan jalan. Pasangan RIDO ingin mengubah pola pikir bahwa membangun jalan tak hanya soal aspal, tetapi juga melibatkan pembangunan fasilitas pejalan kaki.
"Kalau membuat jalan raya itu harus satu paket dengan jalur pejalan kaki. Jangan membayangkan mobilitas itu hanya kendaraan bermesin. Jalan kaki itu, lari-lari itu adalah mobilitas. Kalau tidak disediakan di jalan raya, nggak ada pilihan, dia larinya ke motor. Ujungnya beli lagi, macet lagi," katanya.
RK bahkan memberikan apresiasi kepada Anies Baswedan yang sukses menyulap kawasan Sudirman-Thamrin menjadi lokasi yang ramah bagi pejalan kaki. Namun, ia menegaskan bahwa transformasi serupa harus diperluas ke banyak wilayah lain di Jakarta.