KISAH tiga pahlawan nasional yang berpindah agama menarik diulas. Perjalanan spiritual mereka menunjukkan bahwa keyakinan termasuk hal pribadi yang bisa berubah seiring waktu.
Indonesia memiliki deretan pahlawan nasional yang telah berjuang dengan segenap jiwa raga demi kemerdekaan Tanah Air. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, termasuk dalam hal keyakinan agama.
Layaknya manusia biasa, masing-masing pahlawan tersebut juga memiliki perjalanan spiritual yang menarik, termasuk mengalami perubahan keyakinan. Dari sekian banyak, berikut ini sejumlah di antaranya seperti dirangkum dari berbagai sumber.
Oerip Soemohardjo lahir pada 22 Februari 1893 di Purworejo. Dalam sejarahnya, ia dikenal sebagai salah satu sosok peletak dasar organisasi ketentaraan modern di Indonesia.
Terlepas dari statusnya sebagai pahlawan, Oerip memiliki banyak kisah menarik yang menyelimuti perjalanan hidupnya. Di antaranya saat memutuskan pindah agama.
Pada buku Letjen Oeriep Soemohardjo karya Amrin Imran, dijelaskan bahwa Oerip memiliki kakek bernama Mbah Glondang Rayi. Suatu waktu, ia pernah berharap cucunya kelak menjadi orang alim dan bisa pergi ziarah ke Makkah.
Akan tetapi, harapan kakeknya itu tak pernah terwujud. Oerip tidak pernah sampai ke Makkah, apalagi memakai pakaian haji. Namun, tidak banyak diketahui mengenai alasannya berpindah agama.
Sugiyono Mangunwiyoto dulunya dikenal sebagai perwira Infanteri di Jawa Tengah. Tumbuh dalam keluarga Muslim, ia kemudian memutuskan pindah agama menjadi Kristen.
Terkait alasannya, keputusan pindah agama diambil Sugiyono setelah menikahi pujaan hatinya yang menganut keyakinan berbeda. Ia bernama Soepriyati yang berprofesi sebagai bidan.
Setelah menikah dan pindah agama, karier Sugiyono di militer terus berjalan, bahkan naik perlahan. Ia pernah menjadi komandan batalyon infanteri di Jawa tengah.
Namun, hidupnya berakhir pada awal Oktober 1965. Waktu itu, Sugiyono menjadi korban penculikan disertai pembunuhan oleh prajurit Angkatan Darat yang merupakan bagian dari G30S.
Lalu, ada Slamet Riyadi. Ia dulunya dikenal sebagai salah satu komandan tempur TNI yang disegani. Seperti dua nama sebelumnya, ia juga diketahui pernah pindah keyakinan ke Katolik. Menariknya, hal tersebut berawal saat Slamet mendengarkan alunan lagu Rohani di gereja saat masa penjajahan Belanda.
Pada akhir 1949, Slamet Riyadi dibaptis. Kemudian, ia juga menerima nama baptis sendiri, yakni Ignatius Slamet Riyadi.
Demikian ulasan mengenai kisah 3 pahlawan nasional yang pindah agama.
(Arief Setyadi )