Ulil mengatakan, perubahan kebijakan ini terlihat dari langkah cepat Trump yang memilih kawasan Teluk sebagai tujuan kunjungan luar negeri pertamanya sejak kembali menjabat.
"Ini menunjukkan adanya pemulihan hubungan dan pergeseran orientasi geopolitik AS," ucapnya.
Ulil kemudian menyinggung ketegangan antara AS dan Israel jelang kunjungan tersebut. Dia menyebut adanya tekanan dari kelompok pro-Israel di Washington agar AS mengambil tindakan militer terhadap kelompok Houthi dan Iran, menyusul serangan drone ke Israel.
Namun, di kalangan pendukung Trump sendiri terdapat perbedaan pandangan. Satu pihak mendorong kebijakan 'America First', sementara yang lain mendukung aksi militer untuk kepentingan Israel, termasuk menyerang fasilitas nuklir Iran.
"Ini menunjukkan adanya tarik ulur dalam kubu internal Trump, antara kepentingan nasional Amerika dan kepentingan geopolitik Israel," kata Ulil.
Dalam kesempatan itu, Gus Ulil juga mengkritik pendekatan Israel yang dinilainya berupaya meminjam kekuatan AS untuk menyerang Iran.
"Ini seperti menggunakan tangan orang lain untuk memukul. Sebuah strategi yang cukup licik," ujar Ulil.
Dalam kesempatan yang sama, Dosen Hubungan Internasional Program Studi Ketahanan Nasional Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) Muhamad Syaroni Rofi’i menilai, kunjungan Donald Trump ke tiga negara Teluk, yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar, sebagai langkah strategis yang memperkuat dukungan terhadap blok Sunni di kawasan Timur Tengah.
Menurut Syaroni, ketiga negara yang dikunjungi Trump merupakan pemain kunci (key player) di kawasan yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council (GCC) itu.