Kemenbud Luncurkan Laboratorium Penerjemah dan Promotor Sastra

Anindita Trinoviana, Jurnalis
Kamis 12 Juni 2025 11:01 WIB
Kementerian Kebudayaan luncurkan Laboratorium Penerjemah Sastra dan Laboratorium Promotor Sastra. (Foto: dok Kemenbud)
Share :

JAKARTA — Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) meluncurkan program Laboratorium Penerjemah Sastra dan Laboratorium Promotor Sastra sebagai bagian dari upaya strategis memperkuat ekosistem sastra nasional serta mendorong internasionalisasi karya sastra Indonesia.

Kegiatan dibuka dengan Diskusi Publik bertajuk “Sastra Mendunia: Peran Penerjemah dan Promotor dalam Internasionalisasi Sastra Indonesia” yang berlangsung di Graha Utama, Kompleks Kemendikbud, Jakarta.

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon, dalam sambutannya menyebutkan bahwa sastra dan buku merupakan aset strategis dalam diplomasi kebudayaan. Dunia sastra dan industri perbukuan Indonesia memiliki potensi besar untuk tampil di kancah global. Namun, tantangan yang dihadapi saat ini adalah belum optimalnya konektivitas antara ekosistem sastra dan perbukuan nasional dengan ekosistem global. 

"Ini merupakan salah satu tantangan yang harus segera kita jawab. Oleh karena itu, program Laboratorium Penerjemah Sastra dan Promotor Sastra ini sangat penting sebagai wadah bagi pemula dan pelaku industri, termasuk editor dan pegiat literasi, untuk turut serta dalam membangun ekosistem agen sastra Indonesia dan mempromosikan karya-karya kita di tingkat internasional," ujarnya.

Program Laboratorium Penerjemah Sastra dirancang untuk menjawab kebutuhan mendesak akan keberadaan penerjemah sastra Indonesia yang andal dan profesional. Melalui pelatihan intensif yang melibatkan narasumber nasional dan internasional, program ini menargetkan lahirnya generasi penerjemah muda yang dapat mengangkat karya-karya sastra Indonesia ke panggung global.

Sementara itu, Laboratorium Promotor Sastra bertujuan untuk membekali para agen dan promotor sastra dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan guna memperluas jaringan dan akses karya sastra Indonesia di dunia internasional. Materi yang diberikan mencakup agensi sastra, hak cipta, strategi pitching, pemasaran hak terjemahan, serta negosiasi kontrak penerbitan.

Pendaftaran program ini dibuka pada 26 Mei hingga 15 Juni 2025 (untuk Penerjemah Sastra) dan 26 Mei hingga 16 Juni 2025 (untuk Promotor Sastra). Sementara pelaksanaan kelas akan dimulai pada Juli hingga September 2025, berlangsung secara luring dan daring. Informasi lengkap kedua program tersebut juga tersedia di akun resmi media sosial Instagram @pusbangfilm dan @kemenkebud.

Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Ahmad Mahendra, dalam kesempatan ini mengatakan, sesuai arahan Menteri, ada lima ekosistem yang tengah diperkuat, yakni ekosistem film, musik, seni pertunjukan, seni rupa, dan yang kini sedang sangat berkembang, yaitu ekosistem sastra.

"Kebetulan, sebelumnya kami menangani ekosistem film, sebagai Direktur Perfilman, Musik, dan Media. Perkembangan dunia film sangat menggembirakan. Harapannya, semangat yang sama juga tumbuh di ekosistem sastra, dan bersama-sama kita menjadikan sastra Indonesia mendunia serta menjadi tuan rumah di negeri sendiri," katanya.

Ia juga menjelaskan, dalam pemetaan awal terhadap ekosistem sastra, dirinya telah banyak berdiskusi dengan berbagai pihak.

“Walaupun belum mencakup semuanya, langkah ini menunjukkan semangat kita untuk menguatkan ekosistem sastra—yang sejatinya sudah punya sejarah panjang dan kuat di Indonesia. Dulu, sastra Indonesia sangat hidup dan berpengaruh. Sudah saatnya kita kembali menempatkannya di panggung nasional dan internasional,” tuturnya.

Ia menambahkan, untuk memperkuat ekosistem sastra, dipetakan ke dalam lima ranah utama, yakni kreasi dan produksi, diseminasi, konsumsi dan apresiasi, internasionalisasi, serta penguatan SDM dan infrastruktur. 

Salah satu narasumber yang akan menjadi mentor pada program ini, Lara Norgaard, penulis esai dan penerjemah fiksi Indonesia, Brasil, dan Amerika Latin, melalui video mengungkapkan antusiasmenya terlibat aktif sebagai mentor Laboratorium Penerjemah Sastra. Ia berharap program ini dapat menjadi ruang pembelajaran dan kolaborasi bagi penerjemah-penerjemah pemula Indonesia. 

Senada dengan itu, Jérôme Bouchaud, agen sastra di Astier-Pecher Literary Agency yang berbasis di Paris, yang juga sebagai mentor Promotor Sastra menyebutkan Sastra Indonesia memiliki potensi yang kuat untuk dikenal secara internasional.

“Kita perlu lebih cermat dalam mengidentifikasi potensinya, mengangkatnya kembali, dan mengembangkannya. Dalam laboratorium ini, peserta akan dibimbing mulai dari dasar-dasar profesional hingga simulasi praktik, termasuk bagaimana menyusun naskah, membangun kepercayaan dengan penulis, memahami hak cipta dan kontrak, serta mempersiapkan karya terjemahan untuk memasuki pasar internasional, sebutnya dalam video yang ditayangkan pada diskusi publik,” ujarnya.

Diskusi publik ini turut dihadiri oleh Direktur Jenderal Promosi, Diplomasi, dan Kerja Sama Budaya Endah T.D. Retnoastuti; Direktur Bina SDM, Lembaga, Pranata Kebudayaan Irini Dewi Wanti; Direktur Pengembangan Budaya Digital Andi Syamsu Rijal; dan Staf Khusus Menteri Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional, Anissa Rengganis.

Hadir juga sebagai narasumber dalam kegiatan ini, antara lain Dalih Sembiring (penerjemah), Eka Kurniawan (penulis), Lara Norgaard (penerjemah), Jérôme Bouchaud (agen sastra), Dhianita Kusuma Pertiwi (penerjemah), dan Yani Kurniawan (agen sastra).

“Sastra sangatlah penting di dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia karena dari sastra bisa lahir banyak ekspresi-ekspresi budaya yang lain, termasuk banyak film yang merupakan adaptasi dari karya-karya sastra, misalnya film adaptasi karya Mochtar Lubis, Jalan Tak Ada Ujung dan Hujan Bulan Juni adaptasi puisi Pak Sapardi,” ucap Menbud Fadli. 

Program Laboratorium Penerjemah Sastra dan Promotor Sastra ini merupakan bagian dari Penguatan Ekosistem Sastra, yang terdiri dari tujuh program utama di bawah koordinasi Anissa Rengganis, Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Diplomasi Budaya.

Lima program lainnya, meliputi Manajemen Talenta Nasional (MTN) Bidang Sastra, Penguatan Komunitas Sastra, Penguatan Festival Sastra, Penerjemahan Sastra, serta Pengembangan Sastra Berbasis Intellectual Property (IP).  

Melalui inisiatif ini, Kementerian Kebudayaan menegaskan komitmennya untuk menjadikan sastra sebagai kekuatan kultural yang aktif dalam kehidupan masyarakat, sekaligus sebagai instrumen diplomasi budaya Indonesia di kancah dunia.

(Agustina Wulandari )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya