JAKARTA — Tim Ekspedisi Macan Tutul Jawa yang dilepas oleh Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak di Resimen Latihan Tempur (Menlatpur) Kostrad, Sanggabuana, Kabupaten Karawang, mencatat hasil penelitian awal sangat menggembirakan. Dari pemasangan 40 unit kamera jebak (foto dan video) di kawasan Pegunungan Sanggabuana, terekam 198 aktivitas satwa, yang mengungkap keberadaan 19 individu Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) dan Macan Kumbang, termasuk dua ekor anakannya.
Temuan ini menjadi pencapaian penting, mengingat survei populasi Macan Tutul Jawa menggunakan metode ilmiah dan protokol standar baru pertama kali dilakukan di wilayah tersebut. Selain Macan Tutul, kamera jebak juga berhasil mendokumentasikan satwa langka lain seperti Elang Jawa, yang semakin mengukuhkan Pegunungan Sanggabuana sebagai kawasan konservasi dengan nilai tinggi.
Dalam pelepasan tim ekspedisi Februari lalu, Kasad menegaskan bahwa upaya ini merupakan bukti nyata komitmen TNI AD terhadap pelestarian alam dan ekosistem, sejalan dengan program unggulan TNI AD “Bersatu dengan Alam”.
“Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita memiliki tanggung jawab besar menjaga keanekaragaman hayati demi kelangsungan hidup generasi mendatang. TNI AD akan terus mendukung kegiatan pelestarian hutan lindung seperti ini,” ujar Kasad, Minggu (14/9/2025).
Terkait perkembangan terbaru, Bernard T. Wahyu Wiryanta, Koordinator Tim Survei Macan Tutul Jawa Sanggabuana dari Sanggabuana Conservation Foundation (SCF), menyampaikan bahwa hasil survei tahap pertama ini memberikan masukan penting bagi pemerintah dalam merancang program perlindungan satwa prioritas dan terancam punah.
“Dengan adanya survei populasi ini, kami tidak hanya memperoleh data individu Macan Tutul Jawa, tetapi juga melakukan mitigasi ancaman serta pemetaan preferensi pakan. Data tersebut akan menjadi dasar penting dalam usulan perubahan fungsi hutan Sanggabuana menjadi kawasan konservasi, sehingga ada kepastian hukum terhadap status hutan dan upaya perlindungan keanekaragaman hayati dapat lebih maksimal,” jelas Bernard.
Bernard juga menegaskan peran krusial prajurit Menlatpur Kostrad dalam kegiatan konservasi. Selain berpartisipasi langsung dalam proses penelitian dan menjaga agar latihan tempur tidak mengganggu habitat satwa, para prajurit aktif melakukan patroli anti perburuan dan mencegah perambahan hutan. Terbukti, kehadiran mereka telah mampu menekan angka perburuan satwa dilindungi secara signifikan di kawasan Sanggabuana.
Hingga Agustus 2025, tahap pertama survei telah selesai dan kamera jebak dipindahkan ke titik lain dalam grid kawasan yang sama untuk tahap lanjutan. Hasil sementara menunjukkan kabar menggembirakan karena populasi Macan Tutul masih bertahan dalam jumlah yang signifikan. Namun, indikasi kepadatan populasi di wilayah sekitar 10.000 hektar ini juga menjadi pengingat bahwa habitat harus lebih diperkuat perlindungannya agar terhindar dari ancaman ekologis.
Bersama SCF dan berbagai pemangku kepentingan, TNI AD melalui Menlatpur Kostrad terus memperkuat kiprahnya dalam menjaga keseimbangan alam. Hasil ekspedisi ini diharapkan mempercepat proses penetapan Pegunungan Sanggabuana sebagai kawasan konservasi sekaligus menegaskan komitmen TNI AD untuk hadir tidak hanya dalam menjaga kedaulatan negara, tetapi juga dalam melestarikan lingkungan bagi generasi mendatang.
(Fetra Hariandja)